RESUSITASI PADA BBL

RESUSITASI

  A. Pengertian Resusitasi

Resusitasi ( respirasi artifisialis) adalah usaha dalam memberikan ventilasi yang adekuat, pemberian oksigen dan curah jantung yang cukup untuk menyalurkan oksigen kepada otak, jantung dan alat-alat vital lainnya. (Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal, 2002).

Resusitasi adalah pernafasan dengan menerapkan masase jantung dan pernafasan buatan.(Kamus Kedokteran, Edisi 2000).

Resusitasi adalah tindakan untuk menghidupkan kembali atau memulihkan kembali kesadaran seseorang yang tampaknya mati sebagai akibat berhentinya fungsi jantung dan paru, yang berorientasi pada otak (Tjokronegoro, 1998).

Sedangkan menurut Rilantono, dkk (1999) resusitasi mengandung arti harfiah “menghidupkan kembali”, yaitu dimaksudkan usaha-usaha yang dapat dilakukan untuk mencegah suatu episode henti jantung berlanjut menjadi kematian biologis. Resusitasi jantung paru terdiri atas dua komponen utama yakni: bantuan hidup dasar (BHD) dan bantuan hidup lanjut (BHL). Selanjutnya adalah perawatan pasca resusitasi.

2.2  Tujuan Resusitasi

  1. Memberikan ventilasi yang adekuat
  2. Membatasi kerusakan serebi
  3. Pemberian oksigen dan curah jantung yang cukup untuk menyalurkan oksigen kepada otak, jantung dan alat – alat vital lainnya
  4. Untuk memulai atau mempertahankan kehidupan ekstra uteri

B.  Tanda-tanda Resusitasi Perlu Dilakukan

  1. Pernafasan

Apabila penilaian pernafasan menunjukkan bahwa bayi tidak bernafas atau bahwa pernafasan tidak adekuat.  Lihat gerakan dada naik turun, frekuensi dan dalamnya pernafasan selama 1 menit. Nafas tersengal-sengal berarti nafas tidak efektif dan perlu tindakan, misalnya apneu. Jika pernafasan telah efektif yaitu pada bayi normal biasanya 30 – 50 x/menit dan menangis, kita melangkah ke penilaian selanjutnya.

  1. Denyut jantung – frekuensi

Apabila penilaian denyut jantung menunjukkan bahwa denyut jantung bayi  tidak teratur.  Frekuensi denyut jantung harus > 100 per menit. Cara yang termudah dan cepat adalah dengan menggunakan stetoskop atau meraba denyut tali pusat. Meraba arteria mempunyai keuntungan karena dapat memantau frekuensi denyut jantung secara terus menerus, dihitung selama 6 detik (hasilnya dikalikan 10 =frekuensi denyut jantung selama 1 menit) Hasil penilaian:

  1. Apabila frekuensi>100x / menit dan bayi bernafas spontan, dilanjutkan dengan menilai warna kulit.
  2. Apabila frekuensi < 100x / menit walaupun bayi bernafas spontan menjadi indikasi untuk dilakukan VTP (Ventilasi Tekanan Positif).
  3. Warna Kulit

Apabila penilaian warna kulit menunjukkan bahwa warna kulit bayi pucat  atau bisa sampai sianosis. Setelah pernafasan dan frekuensi jantung baik, seharusnya kulit menjadi kemerahan. Jika masih ada sianosis central, oksigen tetap diberikan. Bila terdapat sianosis purifier, oksigen tidak perlu diberikan, disebabkan karena peredaran darah yang masih lamban, antara lain karena suhu ruang bersalin yang dingin.

C.  Kondisi Yang Memerlukan Resusitasi

  1. Sumbatan jalan napas : akibat lendir / darah / mekonium, atau akibat lidah yang jatuh ke posterior.
  2. Kondisi depresi pernapasan akibat obat-obatan yang diberikan kepada ibu misalnya obat anestetik, analgetik lokal, narkotik, diazepam, magnesium sulfat, dan sebagainya
  3. Kerusakan neurologis.
  4. Kelainan / kerusakan saluran napas atau kardiovaskular atau susunan saraf pusat, dan / atau kelainan-kelainan kongenital yang dapat menyebabkan gangguan pernapasan / sirkulasi.
  5. Syok hipovolemik misalnya akibat kompresi tali pusat atau perdarahan
    Resusitasi lebih penting diperlukan pada menit-menit pertama kehidupan. Jika terlambat, bisa berpengaruh buruk bagi kualitas hidup individu selanjutnya.

D.  Persiapan Resusitasi Bayi Baru Lahir

Bidan harus siap melakukan resusitasi BBL pada setiap menolong persalinan. Tanpa persiapan kita akan kehilangan waktu yang sangat berharga. Walau hanya beberapa menit bila BBL tidak segera bernapas, bayi dapat menderita kerusakan otak atau meninggal. Persiapan yang diperlukan adalah persiapan keluarga, tempat, alat untuk resusitasi dan persiapan diri (bidan).

E.       Persiapan Keluarga

Sebelum menolong persalina, bicarakan dengan keluarga mengenai kemunginan-kemungkinan yang terjadi pada ibu dan bayinya dan persiapan persalinan.

F.      Persiapan Tempat Resusitasi

Persiapan yang diperlukan meliputi ruang bersalin dan tempat resusitasi:

  • Gunakan ruangan yang hangat dan terang.
  • Tempat resusitasi hendaknya datar, rata, keras, bersih, kering dan hangat misalnya meja, dipan atau di atas lantai beralas tikar. Sebaiknya dekat pemancar panas dan tidak berangin (jendela atau pintu yang terbuka).

Keterangan:

  • Ruangan yang hangat akan mencegah bayi hipotermi.
  • Tempat resusitasi yang rata diperlukan untuk kemudahan pengaturan posisi kepala bayi.
  • Untuk sumber pemancar panas gunakan lampu 60 watt atau lampu petromak. Nyalakan lampu menjelang persalinan.

G.     Persiapan Alat Resusitasi

Sebelum menolong persalinan, selain menyiapkan alat-alat persalinan juga harus disiapkan alat-alat resusitasi dalam keadaan siap pakai, yaitu:

  • Kain ke-1: untuk mengeringkan bayi
  • Kain ke-2: untuk menyelimuti bayi
  • Kain ke-3: untuk ganjal bahu bayi
  • Alat penghisap DeLee atau bola karet
  • Tabung dan Sungkup/Balon dan Sungkup
  • Kota Alat resusitasi
  • Sarung Tangan
  • Jam atau pencatat waktu

Keterangan:

  • Kain yang digunakan sebaiknya bersih, kering, hangat dan dapat menyerap cairan misalnya handuk, kain flannel, dll. Kalau tidak ada gunakan kain panjang atau sarung.
  • Kain ke-3 untuk ganjal bahu. Ganjal bahu bias dibuat dari kain (kaos, selendang, handuk ecil), digulung setinggi 3cm dan bias disesuaikan untuk mengatur posisi kepala bayi agar sedikit tengadah.

Alat Penghisap Lendir DeLee

Bola Karet

Tabung dan Sungkup

Balon dan Sungkup

Bagian-Bagian Balon dan Sungkup:

  1. Pintu masuk udara & tempat memasang reservar O2
  2. Pintu masuk O2
  3. Pintu keluar O2
  4. Susunan katup
  5. Reservoir O2
  6. Katup pelepas tekanan (pop-off valve)
  7. Tempat memasang manometer (bagian ini mungkin tidak ada)

Keterangan:

  • Alat penghisap lender DeLee adalah alat yang digunakan untuk menghisap lender husus untuk BBL
  • Tabung dan sungup/balon dan sungkup merupakan alat yang sangat penting dalam tindakan ventilasi pada resusitasi, siapkan sungkup dalam eadaan terpasang dan steril.
  • Tabung/balon serta sungkup dan alat penghisap lender DeLee dalam keadaan steril, disimpan dalam kotak alat resusitasi.

Cara menyiapkan:

  • Kain ke-1:

Fungsi kain pertama adalah untuk mengeringkan BBL yang basah oleh air ketuban segera lahir. Bagi bidan yang sudah biasa dan terlatih meletakkan bayi baru lahir di atas perut ibu, sebelum persalinan akan menyediakan sehelai kain di atas perut ibu untuk mengeringkan bayi. Hal ini dapat juga digunakan pada bayi asfiksia.

Bila tali pusat sangat pendek, bayi dapat diletakkan did eat perineum ibu sampai talipusat telah diklem dan dipotong kemudian jika perlu dilakukan tindakan resusitasi.

  • Kain ke-2:

Fungsi kain ke-2 adalah untu menyelimutiBBL, agar tetap kering dan hangat. Singkirkan kain e-1 yang basah sesudah dipakai mengeringkan bayi. Ain ke-2 ini diletakkan di atas tempat resusitasi, digelar menutupi permukaan yang rata.

  • Kain ke-3:

Fungsi kain ke-3 adalah untuk ganjal bahu bayi agar memudahkan dalam pengaturan posisi kepala bayi. Ain digulung setebal kira-kira 3cm diletakkan di bawah kain ke-2 yang menutupi tempat resusitasi untuk mengganjal bahu.

  • Alat Resusitasi:

Kotak alat resusitasi yang berisi alat penghisap lender DeLee dan alat resusitasi tabung/balon dan sungkup diletakkan deat tempat resusitasi, maksudnya agar mudah diambil sewaktu-waktu dibutuhkan untuk melakukan tindakan resusitasi BBL.

  • Sarung tangan
  • Jam atau pencatat waktu

H.       Persiapan diri

Lindungi dari kemungkinan infeksi dengan cara:

  • Memakai alat pelindung diri pada persalinan (celemek plastic, masker, penutup kepala, kaca mata, sepatu tertutup).
  • Lepaskan perhiasan, cincin, jam tangan sebelum cuci tangan.
  • Cuci tangan dengan air mengalir dan sabun atau dengan campuran alcohol dan gliserin.
  • Eringkan dengan kain/tisu bersih.
  • Selanjutnya gunakan sarung tangan sebelum menolong persalinan.

I.  Keputusan Resusitasi Bayi Baru Lahir

Bidan harus mampu melakukan penilaian untuk mengambil keputusan guna menentukan tindakan resusitasi.

PENILAIAN

Sebelum bayi lahir:

  • Apakah kehamilan cukup bulan?

Sebelum bayi lahir, sesudah ketuban pecah:

  • Apakah air ketuban jernih, tidak bercampur mekonium (warna kehijauan)?

Segera setelah bayi lahir (jika bayi cukup bulan):

  • Menilai apakah bayi menangis atau bernapas/megap-megap?
  • Menilai apakah tonus otot baik?

KEPUTUSAN

Memutuskan bayi perlu resusitasi jika:

  • Bayi tidak cukup bulan dan atau bayi megap-megap/tidak bernapas dan atau tonus otot bayi tidak baik.
  • Air ketuban bercampur mekonium.

TINDAKAN

Mulai lakukan resusitasi segera jika:

  • Bayi tidak cukup bulan dan atau bayi megap-megap/tidak bernapas dan atau tonus otot bayi tidak baik:

Lakukan Tindakan Resusitasi BBL.

  • Air ketuban bercampur mekonium:

Lakukan resusitasi sesuai dengan indikasinya.

Lakukan penilaian usia kehamilan dan air ketuban sebelum bayi lahir. Segera setelah lahir, sambil meletakkan & menyelimuti bayi di atas perut ibu atau dekat perineum, lakukan penilaian cepat usaha napas dan tonus otot. Penilaian ini menjadi dasar keputusan apakah bayi perlu resusitasi.

J.  Prosedur Resusitasi Bayi Baru Lahir

Setelah melakukan penilaian dan memutuskan bahwa BBL perlu resusitasi, tindakan harus segera dilakukan. Penundaan pertolongan membahayakan bayi. Letakkan bayi di tempat yang kering. Pemotongan tali pusat dapat dilakukan di atas perut ibu atau dekat perineum.

Pemotongan Tali Pusat:

  1. Pola di atas perut ibu

Bidan yang sudah terbiasa dan terlatih meletakkan bayi di atas kain yang ada di perut ibu dengan posisi kepala lebih rendah (sedikit ekstensi), lalu selimuti dengan kain, dibuka bagian dada dan perut dan potong tali pusat. Tali pusattidak usah diikat dahulu, tidak dibubuhkan apapun dan tidak dibungkus.

  1. Pola dekat perineum ibu

Bila tali pusat sangatpendek sehingga cara a) tidak memungkinkan, letakkan bayi baru lahir yang telah dinilai di atas kain bersih dan kering pada tempat yang telah disiapkan dekat perineum ibu, kemudian segera klem dan potong tali pusat (tanpa diikat0, jangan bubuh apapun dan tidak dibungkus. Selanjutnya dipindahkan bayi ke atas kain kira-kira 45cm di atas perineum ibu.

K.      Tindakan Resusitasi Bayi Baru Lahir

Bila bayi tidak cukup bulan dan atau tidak bernapas atau bernapas megap-megap dan atau tonus otot tidak baik:

Sambil memulai langkah awal:

  • Beritahukan ibu dan keluarga, bahwa bayi mengalami kesulitan untuk memulai pernapasannya dan bahwa Anda akan menolngnya bernapas.
  • Mintalah salah seorang keluarga mendampingi ibu untuk member dukungan moral, menjaga ibu dan melaporkan bila ada perdarahan.

TAHAP 1: LANGKAH AWAL

Langkah awal diselesaikan dalam waktu 30 detik. Bagi kebanyakan bayi baru lahir, 5 langkah awal di bawah ini cukup untuk merangsang bayi bernapas spontan dan teratur. Langkah tersebut meliputi:

  1. Jaga bayi tetap hangat
  • Letakkan bayi di atas kain yang ada di atas perut ibu.
  • Selimuti bayi dengan kain tersebut, dada dan perut tetap terbuka, potong tali pusat.
  • Pindahkan bayi ke atas kain di tempat resusitasi yang datar, rata, keras, bersih, kering dan hangat.
  • Jaga bayi tetap diselimuti dan di bawah pemancar panas.
  1. Atur posisi bayi
  • Baringkan bayi terlentang dengan kepala di dekat penolong
  • Posisikan kepala bayi pada posisi menghidu dengan menempatkan ganjal bahu sehingga kepala sedikit ekstensi.
  1. Isap lendir

Gunakan alat penghisap lender Delee dengan cara sbb;

  • Isap lender mulai dari mulut dulu, kemudian dari hidung.
  • Lakukan pengisapan saat alat penghisap ditarik keluar, TIDAK pada waktu memasukkan.
  • Jangan lakukan pengisapan terlalu dalam 9jangan lebih dari 5cm ke dalam mulut atau lebih dari 3cm ke dalam hidung), hal ini dapat menyebabkan denyut jantung bayi menjadi lambat atau bayi tiba-tiba berhenti napas.

Bila dengan balon karet lakukan dengan cara sbb;

  • Tekan bola di luar mulut.
  • Masukkan ujung penghisap di rongga mulut dan lepaskan 9lendir akan terhisap).
  • Untuk hidung, masukkan di lubang hidung.
  1. Keringkan dan rangsang bayi
  • Keringkan bayi mulai dari muka, kepala dan bagian tubuh lainnya dengan sedikit tekanan. Rangsangan ini dapat membantu BBL mulai bernapas.
  • Lakukan rangsangan taktil dengan beberapa cara di bawah ini:

o  Menepuk/menyentil telapak kaki atau

o  Menggosok punggung/perut/dada/tungkai bayi dengan telapak tangan

  1. Atur kembali posisi kepala bayi dan selimuti bayi
  • Ganti kain yang telah basah dengan kain kering di bawahnya.
  • Selimuti bayi dengan kain kering tersebut, jangan menutupi muka dan dada agar bias memantau pernapasan bayi.
  • Atur kembali posisi kepala bayi sehingga kepala sedikit ekstensi.

Lakukan penilaian bayi.

  • Lakukan penilaian apakah bayi bernapas normal, tidak bernapas atau megap-megap.

o  Bila bayi bernapas normal: lakukan asuhan pasca resusitasi.

o  Bila bayi megap-megap atau tidak bernapas: mulai lakukan ventilasi bayi.

TAHAP II: VENTILASI

Ventilasi adalah tahapan tindakan resusitasi untu memasukkan sejumlah volume udara ke dalam paru dengan tekanan positif untuk membuka alveoli paru agar bayi bias bernapas spontan dan teratur.

Langkah-langkah:

  1. Pemasangan sungkup

Pasang dan pegang sungkup agar menutupi dagu, mulut dan hidung.

  1. Ventilasi 2 kali
  • Lakukan tiupan / pemompaan dengan tekanan 30 cm Air

Tiupan awal tabung-sungkup / pemompaan awal balon-sungkup sangat penting untuk membuka alveoli paru agar bayi bias mulai bernapas dan menguji apakah jalan napas bayi terbuka.

  • Lihat apakah dada bayi mengembang

Saat melakukan tiupan / pemompaan perhatikan apakah dada bayi mengembang,

Bila tidak mengembang

o  Periksa posisi sungkup dan pastikkan tidak ada udara yang bocor.

o  Periksa posisi kepala, pastikan posisi sudah menghidu.

o  Periksa cairan atau lender di mulut. Bila ada lender atau cairan lakukan pengisapan.

o  Lakukan tiupan 2 kali dengan tekanan 30cm air (ulangan0, bila dada mengembang, lakukan tahap berikutnya.

  1. Ventilasi 20 kali dalam 30 detik
  • Lakukan tiupan dengan tabung dan sungkup atau pemompaan dengan balon dan sungkup sebanyak 20 kali dalam 30 deti dengan tekanan 20cm air sampai bayi mulai menangis dan bernapas spontan.
  • Pastikan dada mengembang saat dilakukan tiupan atau pemompaan, setelah 30 detik lakukan penilaian ulang napas.

Jika bayi mulai bernapas spontan atau menangis, hentikan ventilasi bertahap.

  • Lihat dada apakah dada retraksi dinding dada bawah
  • Hitung frekuensi napas per menit

Jika bernapas > 40 per menit dan tidak ada retraksi berat:

  • Jangan ventilasi lagi
  • Letakkan bayi dengan kontak kulit ke kulit pada dada ibu dan lanjutkan asuhan BBL
  • Pantau setiap 15 menit untuk pernapasan dan kehangatan
  • Katakan kepada ibu bahwa bayinya kemungkinan besar akan membalik jangan tinggalkan bayi sendiri
  • Lanjutkan asuhan pasca resusitasi

Jika bayi megap-megap atau tidak bernapas, lanjutkan ventilasi.

  1. Ventilasi, setiap 30 detik hentian dan lakukan penilaian ulang napas
  • Lanjutkan ventilasi 20 kali dalam 30 detik (dengan tekanan 20cm air)
  • Hentikan ventilasi setiap 30 detik, lakukan penilaian bayi apakah bernapas, tidak bernapas atau megap-megap:

Jika bayi sudah mulai bernapas spontan, hentikan ventilasi bertahap dan lakukan asuhan pasca resusitasi.

Jika bayi megap-megap atau tidak bernapas, teruskan ventilasi 20 kali dalam 30 detik kemudian lakuan penilaian ulang napas setiap 30 detik.

  1. Siapkan rujukan jika bayi belum bernapas spontan sesudah 2 menit resusitasi.
  • Jelaskan kepada ibu apa yang terjadi, apa yang Anda lakukan dan mengapa
  • Mintalah keluarga untuk mempersiapkan rujukan
  • Teruskan ventilasi selama mempersiapkan rujukan
  • Catat keadaan bayi pada formulir rujukan dan rekam medic persalinan
  1. Lanjutkan ventilasi sambil memeriksa denyut jantung bayi

Bila dipastikan denyut jantung bayi tidak terdengar dan pulsasi tali pusat tisak teraba, lanjutkan ventilasi selama 10 menit.

Hentikan resusitasi jika denyut jantung tetap tidak terdengar dan pulsasi tali pusat tidak teraba, jelaskan kepada ibu dan berilah dukungan kepadanya serta lakukan pencatatan Bayi yang mengalami asistol (tidak ada denyut jantung0 selama 10 menit kemungkinan besar mengalami kerusakan otak yang permanen.

TAHAP III: ASUHAN PASCARESUSITASI

Setelah tindakan resusitasi, diperluan asuhan pasca resusitasi yang merupaan perawatan intensif selama 2 jam pertama. Penting sekali pada tahap ini dilakukan konseling, asuhan BBL dan pemantauan secara intensif serta pencatatan. Asuhan yang diberian sesuai dengan hasil resusitasi yaitu:

  • Jika Resusitasi berhasil
  • Jika Perlu Rujukan
  • Jika Resusitasi Tidak Berhasil

L.       Tindakan Resusitasi BBL Jika Air Ketuban Bercampur Mekonium

Apakah mekonium itu?

Mekonium adalah feses pertama dari BBL. Mekonium kental pekat dan berwarna hijau kehitaman.

Kapan mekonium dikeluarkan?

Biasanya BBL mengeluarkan mekonium pertama kali sesudah persalinan (12-24 jam pertama). Kira-kira 15% kasus mekonium dikeluarkan sebelum persalinan dan bercampur dengan air ketuban sehingga cairan ketuban berwarna kehijauan. Mekonium jarang dikeluarkan sebelum 34 minggu kehamilan. Bila mekonium telah terlihat sebelum persalinan dan bayi pada posisi kepala, monitor bayi dengan seksama karena ini merupakan tanda bahaya.

Apakah yang menyebabkan janin mengeluarkan mekonium sebelum persalinan?

Tidak selalu jelas kenapa mekonium dikeluarkan sebelum persalinan. Kadang-kadang terjadi hipoksia/gawat janin yang dapat meningkatkan gerakan usus dan relaksasi otot anus sehingga janin mengeluarkan mekonium. Bayi-bayi dengan risiko tinggi gawat janin seringkali memiliki cairan ketuban dengan pewarnaan mekonium (warna kehijauan), misalnya bayi kecil untuk masa kehamilan (kMK) atau bayi post matur.

Apakah bahaya air ketuban bercampur mekonium warna kehijauan?

Mekonium dapat masuk ke dalam paru bayi selama di dalam rahim atau bayi mulai bernapas karena dilahirkan. Tersedak mekonium dapat menyebabkan pneumonia dan mungkin kematian.

Apa yang dapat dilakukan untuk membantu seorang bayi bila terdapat air ketuban bercampur mekonium (warna kehijauan)?

Siap untuk melakukan resusitasi bayi apabila cairan ketuban bercampur mekonium. Langkah-langkah tindakan resusitasi pada bayi baru lahir jika air ketuban bercampur mekonium sama dengan pada bayi yang air ketubannya tidak bercampur mekonium hanya berbeda pada:

  • Setelah seluruh badan bayi lahir: penilaian apakah bayi menangis / bernapas normal / megap-megap / tidak bernapas?
  • Jika menangis / bernapas normal, potong tali pusat dengan cepat, tidak diikat dan tidak dibubuhi apapun, dilanjutkan dengan Langkah Awal/
  • Jika megap-megap atau tidak bernapas, bua mulut lebar, usap mulut dan isap lender, ptong tali pusat dengan cepat, tidak diikat & tidak dibubuhi apapun, dilanjutan dengan langkah awal.

Keterangan: Pemotongan Tali Pusat dapat merangsang pernapasan bayi, apabila masih ada air ketuban dan mekonium di jalan napas, bayi bias tersedak (aspirasi).

M.  Asuhan Pascaresusitasi

Asuhan pasca resusitasi adalah pelayanan kesehatan pasca resusitasi yang diberikan baik kepada BBL ataupun ibu dan keluarga. Pelayanan kesehatan yang diberikan berupa pemantauan, asuhan BBL dan konseling.

Bicaralah dengan ibu dan keluarga bayi tentang resusitasi yang telah dilakukan. Jawab setiap pertanyaan yang diajukan.

Asuhan pasca resusitasi diberikan sesuai dengan BBL setelah menerima tindakan resusitasi dan dilakukan pada keadaan:

  • Resusitasi berhasil: bayi menangis dan bernapas normal sesudah langkah awal atau sesudah ventilasi.
  • Resusitasi belum / kurang berhasil: bayi perlu rujukan yaitu sesudah resusitasi 2 menit belum bernapas atau megap-megap atau pada pemantauan didapatkan kondisinya memburuk.
  • Resusitasi tidak berhasil: sesudah resusitasi 10 menit dihitung dari bayi tidak bernapas dan detak jantung 0.

N.  Asuhan Pasca Lahir (Usia 2-24 jam Setelah Lahir)

Sesudah pemantauan 2 jam pasca resusitasi, bayi masih perlu asuhan pasca lahir lebih lanjut. Asuhan pasca lahir dapat dilakukan dengan cara kunjungan rumah (kunjungan BBL/Neonatus). Tujuan dari asuhan pasca lahir adalah untuk mengetahui kondisi lebih lanjut dalam 24 jam pertama kesehatan bayi setelah mengalami tindakan resusitasi.

Untuk asuhan PASCA LAHIR setelah 24 jam, gunakanlah algoritma Manajemen Terpadu Bayi Muda (MTBM).

Algoritma MTBM untuk melakukan penilaian, membuat klasifikasi, menentukan tindakan dan pengobatan serta tindak lanjut.catat seluruh langkah ke dalam formulir tata laksana bayi muda.

o  Bila pada penilaian menunjukkan klasifikasi merah, bayi harus segera dirujuk.

o  Bila klasifikasi kuning, bayi harus dikunjungi kembali dalam 2 hari.

o  Bila klasifikasi hijau, berikan nasihat untuk perawatan BBL di rumah.

Ajari ibu dan atau keluarga untuk menilai keadaan bayi. Jelaskan mengenai pemantauan BBL dan bagaimana memperoleh pertolongan segera bila bayi mengalami masalah.

O.         Pencegahan Infeksi

Pencegahan Infeksi menurut Jenis Alat Resusitasi:

Berikut ini adalah beberapa contoh alat dan bahan habis pakai yang digunakan dalam resusitasi dan cara pencegahan infeksinya:

  • Meja resusitasi:

Basuh dengan larutan dekontaminasi dan kemudian cuci dengan sabun dan air, dikeringkan dengan udara/angin.

  • Tabung resusitasi

Lakukan dekontaminasi, pencucian secara teratur misalnya setiap minggu, tiap 2 minggu, atau setiap bulan tergantung frekuensi resusitasi. Selalu lakukan ke 3 langkah pencegahan infeksi kalau alat digunakan pada bayi dengan infeksi. Pencegahan infeksi Tabung/Balon Resusitasi dilakukan setiap habis digunakan. Pisahkan masing-masing bagian sebelum melakukan pencegahan infeksi.

  • Sungkup silicon dan katup karet: dapat di rebus.
  • Alat penghisap yang dipakai ulang:

Lakukan ke 3 langkah pencegahan infeksi (dekontaminasi, pencucian dan DTT)

  • Kain dan selimut:

Lakukan dekontaminasi dan pencucian kemudian dikeringkan dengan angin/ udara atau sinar matahari kemudian simpan di tempat yang bersih dan kering.

 

ASFEKSIA RINGAN

ASFEKSIA RINGAN

A. Asfiksia Pada Bayi Baru Lahir

Asfiksia pada bayi baru lahir adalah keadaan dimana bayi baru lahir tidak bernapas secara spontan dan teratur. Bayi yang mengalami gawat janin sebelumnya sering akan mengalami asfiksia sesudah persalinan.

Penyebab terjadinya asfiksia adalah beberapa keadaan ibu seperti preeklampsia dan eklampia, perdarahan abnormal (plasenta previa, solusio placenta), partus lama/partus macet, demam selama persalinan, infeksi berat (malaria,sifilis, TBC, HIV), kehamilan post matur (sesudah 42 minggu kehamilan ) dan beberapa keadaan Tali pusat seperti Lilitan tali pusat, tali pusat pendek, simpul tali pusat dan prolaps tali pusat yang mengakibatkan aliran darah ke janin berkurang sehingga aliran oksigen ke janin juga berkurang yang mengakibatkan terjadinya gawat janin yang menyebabkan asfiksia bayi baru lahir. Beberapa keadaan bayi walaupun tanpa didahului tanda gawat janin, seperti bayi prematur (sebelum 37 minggu kehamilan), persalinan sulit (letak lintang, bayi kembar, distosia bahu, ekstraksi vakum, forsep), kelainan congenital, air ketuban bercampur mekonium (warna kehijauan).

Asfiksia adalah keadaan dimana bayi baru lahir tidak dapat bernapas secara spontan dan teratur. Bayi dengan riwayat gawat janin sebelum lahir, umumnya akan mengalami asfiksia pada saat dilahirkan. Masalah ini erat hubungannya dengan gangguan kesehatan ibu hamil, kelainan tali pusat, atau masalah yang mempengaruhi kesejahteraan bayi selama atau sesudah persalinan (Asuhan Persalinan Normal, 2007).

Asfiksia neonatorum ialah keadaan dimana bayi tidak dapat segera bernafas scr spontan dan teratur setelah lahir. Hal ini disebabkan oleh hipoksia janin dalam uterus dan hipoksia ini berhubungan dengan faktor-faktor yang timbul dalam kehamilan, persalinan, atau segera setelah bayi lahir. Akibat-akibat asfiksia akan bertambah buruk apabila penanganan bayi tidak dilakukan secara sempurna. Tindakan yang akan dikerjakan pada bayi bertujuan mempertahankan kelangsungan hidupnya dan membatasi gejala-gejala lanjut yang mungkin timbul. (Wiknjosastro, 1999) .

B. Etiologi / Penyebab Asfiksia

Beberapa kondisi tertentu pada ibu hamil dapat menyebabkan gangguan sirkulasi darah uteroplasenter sehingga pasokan oksigen ke bayi menjadi berkurang. Hipoksia bayi di dalam rahim ditunjukkan dengan gawat janin yang dapat berlanjut menjadi asfiksia bayi baru lahir.

Beberapa faktor tertentu diketahui dapat menjadi penyebab terjadinya asfiksia pada bayi baru lahir, diantaranya adalah faktor ibu, tali pusat dan bayi berikut ini:

  1. Faktor ibu
  • Preeklampsia dan eklampsia
  • Pendarahan abnormal (plasenta previa atau solusio plasenta)
  • Partus lama atau partus macet
  • Demam selama persalinan Infeksi berat (malaria, sifilis, TBC, HIV)
  • Kehamilan Lewat Waktu (sesudah 42 minggu kehamilan)
  1. Faktor Tali Pusat
  • Lilitan tali pusat
  • Tali pusat pendek
  • Simpul tali pusat
  • Prolapsus tali pusat
  1. Faktor Bayi
  • Bayi prematur (sebelum 37 minggu kehamilan)
  • Persalinan dengan tindakan (sungsang, bayi kembar, distosia bahu, ekstraksi vakum, ekstraksi forsep)
  • Kelainan bawaan (kongenital)
  • Air ketuban bercampur mekonium (warna kehijauan)

Penolong persalinan harus mengetahui faktor-faktor resiko yang berpotensi untuk menimbulkan asfiksia. Apabila ditemukan adanya faktor risiko tersebut maka hal itu harus dibicarakan dengan ibu dan keluarganya tentang kemungkinan perlunya tindakan resusitasi. Akan tetapi, adakalanya faktor risiko menjadi sulit dikenali atau (sepengetahuan penolong) tidak dijumpai tetapi asfiksia tetap terjadi. Oleh karena itu, penolong harus selalu siap melakukan resusitasi bayi pada setiap pertolongan persalinan.

C. Perubahan Patofiologis dan Gambaran Klinis

Pernafasan spontan BBL tergantung pada kondisi janin pada masa kehamilan dan persalinan. Bila terdapat gangguan pertukaran gas atau pengangkutan O2 selama kehamilan atau persalinan akan terjadi asfiksia yang lebih berat. Keadaan ini akan mempengaruhi fungsi sel tubuh dan bila tidak teratasi akan menyebabkan kematian asfiksia yang terjadi dimulai suatu periode apnu disertai dengan penurunan frekuensi. Pada penderita asfiksia berat, usaha bernafas tidak tampak dan bayi selanjutnya berada dalam periode apnue kedua. Pada tingkat ini terjadi bradikardi dan penurunan TD.

Pada asfiksia terjadi pula gangguan metabolisme dan perubahan keseimbangan asam-basa pada tubuh bayi. Pada tingkat pertama hanya terjadi asidosis respioratorik. Bila berlanjut dalam tubuh bayi akan terjadi proses metabolisme an aerobic yang berupa glikolisis glikogen tubuh, sehingga glikogen tubuh terutama pada jantung dan hati akan berkurang. Pada tingkat selanjutnya akan terjadi perubahan kardiovaskular yang disebabkan oleh beberapa keadaan diantaranya :

  1. Hilangnya sumber glikogen dalam jantung akan mempengaruhi fungsi jantung.
  2. Terjadinya asidosis metabolik yang akan menimbulkan kelemahan otot jantung.
  3. Pengisian udara alveolus yang kurang adekuat akan mengakibatkan tetap tingginya resistensi pembuluh darah paru sehingga sirkulasi darah ke paru dan ke sistem sirkulasi tubuh lain akan mengalami gangguan. (Rustam, 1998).

D. Gejala dan Tanda-tanda Asfiksia

  • Tidak bernafas atau bernafas megap-megap
  • Warna kulit kebiruan
  • Kejang
  • Penurunan kesadaran

E. Diagnosis

Asfiksia yang terjadi pada bayi biasanya merupakan kelanjutan dari anoksia / hipoksia janin. Diagnosis anoksia / hipoksia janin dapat dibuat dalam persalinan dengan ditemukannya tanda-tanda gawat janin. Tiga hal yang perlu mendapat perhatian yaitu :

  1. Denyut jantung janin

Peningkatan kecepatan denyut jantung umumnya tidak banyak artinya, akan tetapi apabila frekuensi turun sampai ke bawah 100 kali per menit di luar his, dan lebih-lebih jika tidak teratur, hal itu merupakan tanda bahaya

  1. Mekonium dalam air ketuban

Mekonium pada presentasi sungsang tidak ada artinya, akan tetapi pada presentasi kepala mungkin menunjukkan gangguan oksigenisasi dan harus diwaspadai. Adanya mekonium dalam air ketuban pada presentasi kepala dapat merupakan indikasi untuk mengakhiri persalinan bila hal itu dapat dilakukan dengan mudah.

  1. Pemeriksaan pH darah janin

Dengan menggunakan amnioskop yang dimasukkan lewat serviks dibuat sayatan kecil pada kulit kepala janin, dan diambil contoh darah janin. Darah ini diperiksa pH-nya. Adanya asidosis menyebabkan turunnya pH. Apabila pH itu turun sampai di bawah 7,2 hal itu dianggap sebagai tanda bahaya gawat janin mungkin disertai asfiksia.

(Wiknjosastro, 1999)

F. Penilaian Asfiksia pada Bayi Baru Lahir

Aspek yang sangat penting dari resusitasi bayi baru lahir adalah menilai bayi, menentukan tindakan yang akan dilakukan dan akhirnya melaksanakan tindakan resusitasi. Upaya resusitasi yang efesien clan efektif berlangsung melalui rangkaian tindakan yaitu menilai pengambilan keputusan dan tindakan lanjutan.
Penilaian untuk melakukan resusitasi semata-mata ditentukan oleh tiga tanda penting, yaitu :

  • Penafasan
  • Denyut jantung
  • Warna kulit

Nilai apgar tidak dipakai untuk menentukan kapan memulai resusitasi atau membuat keputusan mengenai jalannya resusitasi. Apabila penilaian pernafasan menunjukkan bahwa bayi tidak bernafas atau pernafasan tidak kuat, harus segera ditentukan dasar pengambilan kesimpulan untuk tindakan vertilasi dengan tekanan positif (VTP).

DEHIDRASI

DEHIDRASI

A. DEFINISI

Dehidrasi adalah berkurangnya cairan tubuh total, dapat berupa hilangnya air lebih banyak dari natrium (dehidrasi hipertonik), atau hilangnya air dan natrium dalam jumlah yangsama (dehidrasi isotonik), atau hilangnya natrium yang lebih banyak daripada air (dehidrasi hipotonik).

Kadar air dalam lean body mass bayi (tubuh tanpa jaringan lemak) kurang lebih 82%. Apabila bayi kehilangan cairan 5% atau lebih, kan terjadi dehidrasi.

Pada masa gestasi akhir sampai minggu pertama sesudah kelahiran, fungsi ginjal mengalami perubahan sedemikian rupa sehingga mempengaruhi keseimbangan air dan garam. Air di dalam tubuh terdapat di dalam sel (intraseluler) atau di luar sel (ekstraseluler). Pada masa gestasi akhir cairan ekstraseluler bertambah, tetapi pada waktu lahir terjadi perubahan fisiologik yang menyebabkan berkuangnya cairan ekstraseluler. Dengan ginjal yang makin matur dan beradaptasi dengan kehidupan ekstrauterin, eksresi urin bertambah mengakibatkan berkurangnya cairan ekstraseluler. Kecepatn filtrasi glomerulus berkurang, sehingga kehilangan Natrium melalui urin berkurang dan kecepatan reabsorbsi ginjal terhadap natrium melalui tubulus juga berkurang. Pada bayi prematur karena fungsi ginjal yang imatur, ketidakseimbangan ini lebih berat.

B. JENIS DEHIDRASI

Dehidrasi pada bayi terjadi ketika bayi tidak mendapatkan cairan yang cukup untuk kebutuhan tubuhnya, biasanya terjadi jika muntah-muntah, diare, panas tinggi atau mengeluarkan keringat yang banyak. Dehidrasi bisa ringan dan mudah diatasi, bisa juga parah dan membahayakan jiwa.

  1. Dehidrasi terbagi dalam tiga jenis berdasarkan penurunan berat badan, yaitu:
  2. Dehidrasi ringan (jika penurunan cairan tubuh 5 persen dari berat badan).
  3. Dehidrasi sedang (jika penurunan cairan tubuh antara 5-10 persen dari berat badan)
  4. Dehidrasi berat (jika penurunan cairan tubuh lebih dari 10 persen dari berat badan).

C. Tanda-tanda dehidrasi pada bayi

  1. Lebih dari 6 jam tidak pipis
  2. Pipisnya berwarna lebih gelap dari biasanya dan baunya lebih kuat
  3. Lemah dan lesu
  4. Mulut dan bibir kering atau pecah-pecah
  5. Tidak keluar air mata ketika menangis
  1. Ciri-ciri Bayi yang Dehidrasi
  2. Haus berlebihan –> Ini terlihat jelas, tetapi jika bayi kurang cairan dia secara alami akan merasakan dorongan untuk minum lebih banyak. Bayi mungkin menangis sampai diberikan botol dan kemudian terus mengisap sampai semua air, susu atau jus habis. Ini adalah tanda dehidrasi ringan dan sedang.
  3. Terlihat lesu dan tidak sehat : Bayi yang tampak lesu mungkin menderita dehidrasi serius serta harus diberikan cairan dan dibawa ke dokter segera. Kelesuan pada bayi meliputi kurangnya energi, keinginan untuk berbaring sepanjang hari dan kurangnya memperlihatkan emosi.
  4. Hilangnya elastisitas kulit : Dehidrasi pada bayi dapat menyebabkan hilangnya elastisitas kulit. Jika kita mencoba dengan lembut mencubit kulit anak, tidak cepat kembali ke posisi normal, ini bisa menjadi tanda dehidrasi. Hal ini terjadi karena tidak cukup air mencapai kulit.
  5. Mulut kering dan lengket : Bayi yang tidak terhidrat dengan benar sering menunjukkan gejala mulut kering. Hal ini dapat disertai dengan air liur putih atau busa di sudut mulut bayi.
  6. Popok kering Popok bayi kering selama lebih dari beberapa jam dan tentu tidak boleh kering selama lebih dari 5 atau 6 jam. Hal ini dapat terjadi bila bayi dehidrasi karena tubuhnya menggunakan sedikit cairan yang diminum dan juga : hanya mengeluarkan sedikit cairan. Sembelit adalah gejala serupa, walaupun ini mungkin hasil dari hal-hal lain seperti nafsu makan yang buruk atau sistem pencernaan lambat.

Gejala lainnya dari dehidrasi:

  1. Mata cekung
  2. Tangan dan kaki terasa dingin dan terlihat kemerahan
  3. Rewel dan mengantuk berlebihan
  4. Ubun-ubun cekung

Jika dehidrasi tahap serius terjadi, segera bawa ke UGD untuk diberikan infus. Atau bisa konsul ke dokter anak untuk dicek keadaannya. Untuk dehidrasi ringan biasanya dokter akan menyarankan anak diberikan cairan elektrolit yang bisa didapat dengan mudah di apotik. Selain itu jangan berhenti menyusui ASI atau memberikan susu botol.

  1. Mencegah Dehidrasi

Pencegahan dehidrasi harus dilakukan terutama ketika bayi sedang sakit atau hari sangat panas,

D. Cara mencegah dehidrasi:

  1. Memberikan cairan yang banyak kepada bayi.
  2. Jika umur bayi sudah lebih dari empat bulan, berikan juga banyak air putih.
  3. Ketika memberikan jus buah pada bayi, campurlah dengan air supaya cairannya lebih banyak.

Hal yang perlu diperhatikan saat penanganan dehidrasi pada kondisi berikut ini:

  1. Demam: berikan banyak cairan jika bayi anda demam. Jika ia terlihat kesulitan dalam menelan, berikan obat anti nyeri atas petunjuk dokter.
  2. Kepanasan: terlalu banyak aktivitas di hari yang panas, atau duduk diam dalam waktu lama di ruang yang panas dan penuh sesak bisa menyebabkan berkeringat deras dan kehilangan cairan. Berikan cairan lebih banyak dari biasanya dalam kondisi seperti ini.
  3. Diare: jika bayi sedang menderita infeksi saluran pencernaan atau flu perut, ia akan kehilangan cairan melalui diare dan muntah-muntah. Jangan berikan jus buah karena akan memperparah sakitnya. Jangan juga sembarangan memberikan obat anti diare tanpa petunjuk dokter. Yang perlu dilakukan adalah memberikan ASI atau susu botol lebih banyak dari biasanya, juga tambahan air putih untuk bayi di atas empat bulan. Jika bayi sudah terlihat mulai dehidrasi segera berikan cairan elektrolit.
  4. Muntah-muntah: infeksi pencernaan atau virus dapat menyebabkan muntah-muntah. Berikan cairan elektrolit sedikit-sedikit tapi sering, yaitu dua sendok teh setiap lima menit. Jika bayi bisa bertahan tidak muntah selama satu jam, mulai berikan cairan elektrolit empat sendok teh 15 menit sekali.
  5. Menolak minum: radang tenggorokan, sakit di tangan, kaki, mulut bisa sangat menyakitkan dan membuat bayi tidak mau minum. Konsultasi pada dokter untuk memberikan obat anti nyeri, kemudian tawari ASI atau susu botol dan air putih, sedikit-sedikit tapi sering.

TEKNIK PENGUMPULAN DATA

TEKNIK PENGUMPULAN DATA

A. Pengertian

Data adalah sesuatu yang belum mempunyai arti bagi penerimanya dan masih memerlukan adanya suatu pengolahan. Data bisa berujut suatu keadaan, gambar, suara, huruf, angka, matematika, bahasa ataupun simbol-simbol lainnya yang bisa kita gunakan sebagai bahan untuk melihat lingkungan, obyek, kejadian ataupunsuatu konsep.

Informasi merupakan hasil pengolahan dari sebuah model, formasi, organisasi, ataupun suatu perubahan bentuk dari data yang memiliki nilai tertentu, dan bisa digunakan untuk menambah pengetahuan bagi yang menerimanya. Dalam hal ini, data bisa dianggap sebagai obyek dan informasi adalah suatu subyek yang bermanfaat bagi penerimanya. Informasi juga bisa disebut sebagai hasil pengolahan ataupun pemrosesan data.

Dalam penelitian, teknik pengumpulan data merupakan faktor penting demi keberhasilan penelitian. Hal ini berkaitan dengan bagaimana cara mengumpulkan data, siapa sumbernya, dan apa alat yang digunakan. Jenis sumber data adalah mengenai dari mana data diperoleh. Apakah data diperoleh dari sumber langsung (data primer) atau data diperoleh dari sumber tidak langsung (data sekunder).

Metode Pengumpulan Data merupakan teknik atau cara yang dilakukan untuk mengumpulkan data. Metode menunjuk suatu cara sehingga dapat diperlihatkan penggunaannya melalui angket, wawancara, pengamatan, tes, dkoumentasi dan sebagainya.

Sedangkan Instrumen Pengumpul Data merupakan alat yang digunakan untuk mengumpulkan data.  Karena berupa alat, maka instrumen dapat berupa lembar cek list, kuesioner (angket terbuka / tertutup), pedoman wawancara, camera photo dan lainnya.

B. Teknik Pengumpulan Data

  1. Metode Observasi

Teknik observasi adalah teknik pengumpulan data dengan cara peneliti melakukan pengamatan secara langsung di lapangan. Pengamatat disebut observer yang diamati disebut observer.

Metode observasi merupakan metode pengumpul data yang dilakukan dengan cara mengamati dan mencatat secara sistematik gejala-gejala yang diselidiki (Supardi, 2006 : 88). Observasi dilakukan menurut prosedur dan aturan tertentu sehingga dapat diulangi kembali oleh peneliti dan hasil observasi memberikan kemungkinan untuk ditafsirkan secara ilmiah.

Pengamatan dalam istilah sederhana adalah proses peneliti dalam melihat situasi penelitian. Teknik ini sangat relevan digunakan dalam penelitian kelas yang meliputi pengamatan kondisi interaksi pembelajaran, tingkah laku anak dan interaksi anak dan kelompoknya. Pengamatan dapat dilakukan secara bebas dan terstruktur. Alat yang bisa digunakan dalam pengamatan adalah lembar pengamatan, ceklist, catatan kejadian dan lain-lain.

Beberapa informasi yang diperoleh dari hasil observasi adalah ruang (tempat), pelaku, kegiatan, objek, perbuatan, kejadian atau peristiwa, waktu, perasan. Alasan peneliti melakukan observasi adalah untuk menyajikan gambaran realistik perilaku atau kejadian, untuk menjawab pertanyaan, untuk membantu mengerti perilaku manusia, dan untuk evaluasi yaitu melakukan pengukuran terhadap aspek tertentu melakukan umpan balik terhadap pengukuran tersebut.

Secara umum observasi dapat dilakukan dengan cara yaitu :

  1. Observasi Partisipan

Observasi partisipan adalah apabila observasi (orang yang melakukan observasi) turut ambil bagian atau berada dalam keadaan obyek yang diobservas (Supardi, 2006). Dalam observasi ini, peneliti secara langsung terlibat dalam kegiatam sehari-hari orang atau situasi yang diamati sebagai sumber data.

Misalnya seorang guru dapat melakukan observasi mengenai bagaimana perilaku siswa, semangat siswa, kemampuan manajerial kepala sekolah, hubungan antar guru, dsb.

  1. Observasi Non Partisipan

Merupakan suatu proses pengamatan observer tanpa ikut dalam kehidupan orang yang diobservasi dan secara terpisah berkedudukan sebagai pengamat (Margono, 2005 : 161-162).

Berlawanan dengan participant Observation, Non Participant merupakan observasi yang penelitinya tidak ikut secara langsung dalam kegiatan atau proses yang sedang diamati.

Misalnya penelitian tentang pola pembinaan olahraga, seorang peneliti yang menempatkan dirinya sebagai pengamat dan mencatat berbagai peristiwa yang dianggap perlu sebagai data penelitian.

Alat yang digunakan dalam teknik observasi ini antara lain : lembar cek list, buku catatan, kamera photo, dan lain-lain. Observasi diartikan sebagai pengamatan dengan indera penglihatan yang berarti tidak mengajukan pertanyaan.

Tabel. Kelebihan dan Kelemahan Observasi Non Partisipan

Kelebihan Kelemahan
1.      Murah dan mudah dilaksanakan.

2.      Dapat dilakukan secara serempak dengan observer lebih dari satu.

3.      Observer yang sibuk biasanya tidak keberatan untuk diamati.

1.      Peneliti tidak akan memperoleh data yang mendalam karena hanya bertindak sebagai pengamat dari luar tanpa mengetahui makna yang terkandung di dalam peristiwa.

2.      Banyak peristiwa psikis yang tidak dapat diamati, misalnya cinta, simpatik, harapan.

3.      Observer dapat sengaja memberikan kesan yang menyenangkan atau sebaliknya.

4.      Observasi banyak dipengaruhi oleh factor-faktor yang tidak dapat diamati.

  1. Focus Group Discussion

Focus Group Discussion (FGD) adalah teknik pengumpulan data yang umumnya dilakukan pada penelitian kualitatif dengan tujuan menemukan makna sebuah tema menurut pemahaman sebuah kelompok. Teknik ini digunakan untuk mengungkap permaknaan dari suatu kelompok berdasarkan hasil diskusi yang terpusat pada suatu permasalahan tertentu. FGD juga dimaksudkan untuk menghindari permaknaan yang salah dari seorang peneliti terhadap focus masalah yang sedang diteliti (Sutopo, 2006: 73).

FGD adalah kelompok diskusi bukan wawancara atau obrolan. Ciri khas metode FGD yang tidak dimiliki oleh metode riset kualitatif lainnya (wawancara mendalam  atau observasi) adalah interaksi. Tanpa sebuah FGD berubah wujud menjadi kelompok wawancara terfokus (FGI-Focus Group Interview). Hal ini terjadi apabila moderator cenderung selalu menkonfirmasi setiap topik satu per satu kepada seluruh peserta FGD. Semua peserta FGD secara bergilir diminta responnya untuk setiap topik, sehingga tidak terjadi dinamika kelompok.  Komunikasi hanya berlangsung antara moderator dengan informan A, informan A ke moderator, lalu moderator ke informan B, informan B ke moderator, dan seterusnya. Kondisi idealnya, informan A merespon topik yang dilemparkan moderator, disambar oleh informan B, disanggah oleh informan C, diklarifikasi oleh informan A, didukung oleh informan D, disanggah oleh informan E, dan akhirnya ditengahi oleh moderator kembali. Diskusi seperti itu sangat interaktif, hidup, dinamis.

  1. Teknik Kuesioner

Angket atau kuesioner merupakan suatu teknik pengumpulan data secara tidak langsung (peneliti tidak langsung bertanya jawab dengan responden). Instrumen atau alat pengumpulan datanya juga disebut angket berisi sejumlah pertanyaan-pertanyaan yang harus dijawab atau direspon oleh responden (Sutopo, 2006: 82). Responden mempunyai kebebasan untuk memberikan jawaban atau respon sesuai dengan persepsinya.

Kuesioner (angket) merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara memberikan seperangkat pertanyaan atau pernyataan tertulis kepada responden untuk dijawabnya, dimana peneliti tidak langsung bertanya jawab dengan responden (Sutopo, 2006: 87). Karena angket dijawab atau diisi oleh responden dan peneliti tidak selalu bertemu langsung dengan responden, maka dalam menyusun angket perlu diperhatikan beberapa hal. Pertama, sebelum butir-butir pertanyaan atau peryataan ada pengantar atau petunjuk pengisian. Kedua, butir-butir pertanyaan dirumuskan secara jelas menggunakan kata-kata yang lazim digunakan (popular), kalimat tidak terlalu panjang. Dan ketiga, untuk setiap pertanyaan atau pernyataan terbuka dan berstruktur disesuaikan kolom untuk menuliskan jawaban atau respon dari responden secukupnya.

Teknik angket adalah teknik pengumpulan data dengan cara mengajukan daftar pertanyaan yang harus diisi oleh responden.

Jenis – jenis angket menurut cara penyampaiannya meliputi hal – hal berikut :

  1. Angket langsung : informasi tentang dirinya sendiri.
  2. Angket tidak langsung : informasi tentang orang lain.

Perbedaan wawancara dengan percakapan sehari – hari meliputi hal – hal berikut :

  1. Pertanyaan tertutup : Alternatif jawaban sudah disediakan, responden tinggal memilih.
  2. Pertanyaan terbuka : Alternatif jawaban tidak disediakan, responden bebas memberikan jawaban.

Langkah penyusunan angket meliputi hal – hal berikut :

  1. Menentukan variabel yang akan dipergunakan.
  2. Menentukan variabel yang dibutuhkan setiap variabel.
  3. Menentukan jawaban yang dibutuhkan setiap variable.
  4. Menentukan jenis data yang akan dikumpulkan.

Tabel. Kelebihan dan Kelemahan Teknik Angket

Kelebihan Kekurangan
1.      Efisiensi waktu, biaya, dan tenaga.

2.      Hasil dapat segera diumumkan.

3.      Dapat menjangkau daerah yang luas dan jumlah populasi yang banyak.

1.      Banyak unsur pribadi yang tidak terungkap.

2.      Sulit menyusun item yang tepat.

3.      Jawaban bisa subjektif.

  1. Teknik Dokumen

Kata dokumen berasal dari bahasa latin yaitu docere, yang berati mengajar. Pengertian dari kata dokumen menurut Louis Gottschalk (1986: 38) seringkali digunakan para ahli dalam dua pengertian, yaitu pertama, berarti sumber tertulis  bagi informasi sejarah sebagai kebalikan daripada kesaksian lisan, artefak, peninggalan-peninggalan terlukis, dan petilasan-petilasan arkeologis. Pengertian kedua, diperuntukan bagi surat-surat resmi dan surat-surat negara seperti surat perjanjian, undang-undang, hibah, konsesi, dan lainnya. Lebih lanjut, Gottschalk menyatakan bahwa dokumen (dokumentasi) dalam pengertianya yang lebih luas berupa setiap proses pembuktian yang didasarkan atas jenis sumber apapun, baik itu yang berupa tulisan, lisan, gambaran, atau arkeologis.

G.J. Renier, sejarawan terkemuka dari University college Lodon, (1997; 104 ) menjelaskan istilah dokumen dalam tiga pengertian :

  1. Dalam arti luas, yaitu yang meliputi semua sumber, baik sumber tertulis maupun lisan.
  2. Dalam arti sempit, yaitu yang meliputi semua sumber tertulis saja.
  3. Dalam arti spesifik, yaitu hanya yang meliputi surat-surat resmi dan surat-surat Negara, seperti surat perjanjian, undang-undang konsesi, hibah dan sebagainya.

Dari berbagai pengertian diatas, maka dapat disimpulkan bahwa dokumen merupakan sumber data yang digunakan untuk melengkapi penelitian, baik berupa sumber tertulis, film,  gambar (foto), dan karya-karya monumental, yang semua itu menberikan informasi bagi proses penelitian.

Data dalam penelitian kualitatif kebanyakan diperoleh dari sumber manusia atau human resources, melalui observasi dan  wawancara. Akan tetapi ada pula sumber bukan manusia, non human resources, diantaranya dokumen, foto dan bahan statistik. Studi dokumen yang dilakukan oleh para peneliti kualitatif, posisinya dapat dipandang sebagai “nara sumber” yang dapat menjawab pertanyaan;

  1. Apa tujuan dokumen itu ditulis?
  2. Apa latar belakangnya?
  3. Apa yang dapat dikatakan dokumen itu kepada peneliti?
  4. Dalam keadaan apa dokumen itu ditulis?
  5. Untuk siapa?

Menurut Sugiyono (2008; 83) studi dokumen merupakan pelengkap dari penggunaan metode obsevasi dan wawancara dalam penelitian kualitatif. Bahkan kredibilitas hasil penelitian kualitatif ini akan semakin tinggi jika melibatkan / menggunakan studi dokumen ini dalam metode penelitian kualitatifnya hal senada diungkapkan Bogdan (seperti dikutip Sugiyono) “ in most tradition of qualitative research, the phrase personal document is used broadly lo refer to any first person narrative produce by an individual which describes his or her own actions, experience, and beliefs”.

Ada beberapa keuntungan dari penggunaan studi dokumen dalam penelitian kualitatif, seperti yang dikemukakan Nasution (2003; 85) :

  1. Bahan dokumenter itu telah ada, telah tersedia, dan siap pakai.
  2. Penggunaan bahan ini tidak meminta biaya, hanya memerlukan waktu untuk mempelajarinya.
  3. Banyak yang dapat ditimba pengetahuan dari bahan itu bila dianalisis dengan cermat, yang berguna bagi penelitian yang dijalankan.
  4. Dapat memberikan latar belakang yang lebih luas mengenai pokok penelitian.
  5. Dapat dijadikan bahan triangulasi untuk mengecek kesesuaian data.
  6. Merupakan bahan utama dalam penelitian historis.
  1. Teknik Triangulasi

Triangulasi merupakan cara pemeriksaan keabsahan data yang paling umum digunakan. Cara ini dilakukan dengan memanfaatkan sesuatu yang lain diluar data untuk pengecekan atau sebagai pembanding terhadap data itu. Dalam kaitan ini Patton (dalam Sutopo, 2006: 92) menjelaskan teknik triangulasi yang dapat digunakan.

Dalam teknik pengumpulan data, triangulasi diartikan sebagai teknik pengumpulan data yang bersifat menggabungkan dari berbagai teknik pengumpulan data dan sumber data yang telah ada. Bila peneliti melakukan pengumpulan data dengan triangulasi, maka sebenarnya peneliti mengumpulkan data sekaligus menguji kredibilitas data, yaitu mengecek kredibilitas data dengan berbagai teknik pengumpulan data dan berbagai sumber data.

  1. Triangulasi Data

Teknik triangulasi data dapat disebut juga triangulasi sumber. Cara ini mengarahkan peneliti agar di dalam mengumpulkan data, ia berusaha menggunakan berbagai sumber yang ada.

  1. Triangulasi Peneliti

Triangulasi peneliti adalah hasil penelitian baik yang berupa data maupun kesimpulan mengenai bagian tertentu atau keseluruhannya dapat diuji oleh peneliti lain (Sutopo, 2006: 93). Triangulasi peneliti dapat dilakukan dengan menyelenggarakan diskusi atau melibatkan beberapa peneliti yang memiliki pengetahuan yang mencukupi.

  1. Triangulasi Metodologis

Teknik triangulasi metode digunakan dengan cara mengumpulkan data sejenis tetapi menggunakan metode yang berbeda (Patton dalam Sutopo, 2006: 93).

  1. Triangulasi Teoretis

Triangulasi jenis ini dilakukan oleh peneliti dengan menggunakan perspektif lebih dari satu teori dalam membahas permasalahan yang dikaji (Patton dalam Sutopo, 2006: 98). Oleh karena itu, dalam melakukan jenis triangulasi ini, peneliti harus memahami teori-teori yang digunakan dan keterkaitannya dengan permasalahan yang diteliti sehinngga mampu menghasilkan simpulan yang mantap.

Dalam teknik pengumpulan data, triangulasi diartikan sebagai teknik pengumpulan data yang bersifat menggabungkan dari berbagai teknik pengumpulan data dan sumber data yang telah ada. Bila peneliti melakukan pengumpulan data dengan triangulasi, maka sebenarnya peneliti mengumpulkan data sekaligus menguji kredibilitas data, yaitu mengecek kredibilitas data dengan berbagai teknik pengumpulan data dan berbagai sumber data.

  1. Metode Wawancara

Metode wawancara adalah proses tanya jawab dalam penelitian yang berlangsung secara lisan dalam mana dua orang atau lebih bertatap muka mendengarkan secara langsung informasi-informasi atau keterangan-keterangan (Supardi, 2006 : 99). Sedangkan pendapat lain mengatakan bahwa wawancara adalah percakapan yang dilakukan oleh dua orang atau lebih yaitu wawancara yang akan mengajukan pertanyaan dan orang yang akan diwawancarai yang akan memberikan jawaban atas pertanyaan yang akan diajukan (Moleong, 2005 : 186).

Wawancara yang juga dikenal dengan interview adalah pengumpulan data dengan mengajukan pertanyaan secara langsung oleh pewawancara kepada responden dan jawaban responden dicatat atau direkam. Selain itu wawancara juga dapat dilakukan melalui telepon. Teknik wawancara dapat digunakan pada responden yang buta huruf atau tidak terbiasa membaca atau menulis, termasuk anak-anak.

Wawancara adalah proses memperoleh keterangan untuk tujuan penelitian dengan cara tanya jawab, sambil bertatap muka antara si penanya atau pewawancara dengan si penjawab atau responden dengan menggunakan alat yang dinamakan interview guide (panduan wawancara). Wawancara dapat dilakukan dengan tatap muka maupun melalui telpon.

Wawancara harus diperoleh dalam waktu yang sangat singkat serta bahasa yang digunakan harus jelas dan teratur. Dilihat dari prosedur wawancara, metode wawancara dapat dibedakan menjadi tiga, yaitu :

  1. Wawancara bebas

Wawancara bebas adalah proses wawancara dimana interviewer tidak secara sengaja mengarahkan tanya jawab pada pokok-pokok persoalan dari fokus penelitian dan interviewer orang yang diwawancari (Supardi, 2006 : 100).

  1. Wawancara terpimpin

Wawancara ini juga disebut dengan interview guide. Ciri pokok wawancara terpimpin adalah bahwa pewawancara terikat oleh suatu fungsi, bukan saja sebagai pengumpul data tetapi relevan dengan maksud penelitian yang telah dipersiapkan, serta data pedoman yang memimpin jalannya tanya jawab (Supardi, 2006 : 100).

  1. Wawancara bebas terpimpin

Wawancara bebas terpimpin adalah kombinasi antara wawancara bebas dengan terpimpin (Supardi, 2006 :100). Jadi pewawancara hanya membuat pokok-pokok masalah yang akan diteliti, selanjutnya dalam proses wawancara berlangsung mengikuti situasi pewawancara harus pandai mengarahkan yang diwawancarai apabila ternyata ia menyimpang.

Pada penelitian ini akan digunakan teknik wawancara yang menggunakan petunjuk umum wawancara, dimana sebelum bertemu dengan informan, peneliti akan mempersiapkan berbagai hal yang akan ditanyakan sehingga berbagai hal yang ingin diketahui dapat lebih terfokus.

Jenis- jenis wawancara, yaitu :

  1. Wawancara Tatap Muka

Beberapa kelebihan wawancara tatap muka antara lain :

  • Bisa membangun hubungan dan memotivasi responden
  • Bisa mengklarifikasi pertanyaan, menjernihkan keraguan, menambah pertanyaan baru
  • Bisa membaca isyarat non verbal
  • Bisa memperoleh data yang banyak

Kekurangannya adalah :

  • Membutuhkan waktu yang lama.
  • Biaya besar jika responden yang akan diwawancara berada di beberapa daerah terpisah.
  • Responden mungkin meragukan kerahasiaan informasi yang diberikan.
  • Pewawancara perlu dilatih
  • Bisa menimbulkan bias pewawancara
  • Responden bias menghentikan wawancara kapanpun
  1. Wawancara via phone

Kelebihan :

  • Biaya lebih sedikit dan lebih cepat dari warancara tatap muka
  • Bisa menjangkau daerah geografis yang luas
  • Anomalitas lebih besar dibanding wawancara pribadi (tatap muka).

Kelemahan :

  • Isyarat non verbal tidak bisa dibaca.
  • Wawancara harus diusahakan singkat.
  • Nomor telpon yang tidak terpakai bisa dihubungi, dan nomor yang tidak terdaftar pun dihilangkan dari sampel.

Adapun data-data yang dikumpulkan dengan menggunakan wawancara tersebut di atas adalah seperti : pelaksanaan proses belajar mengajar dalam rangka meningkatkan nilai UAN.

HIPOGLIKEMIA

 HIPOGLIKEMIA

A. Pengertian Hipoglikemia

Saat lahir, bayi harus melakukan transisi dari yang tadinya mendapat suplay nutrisi dari plasenta menjadi pemberian makanan per oral. Pada awal kelahiran, energi tambahan yang diperlukan neonatus jam-jam pertama diambil dari hasil metabolisme asam lemak sehingga kadar gula darah mencapai 120 mg/100 mg.

Hipoglikemia adalah suatu keadaan dimana kadar gula darah (glukosa) secara abnormal rendah. Istilah hepoglikemia digunakan bila kadar gula darah bayi secara bermakna dibawah kadar rata-rata. Dikatakan hepoglikemia bila kadar glukosa darah kurang dari 40 mg/dl pada semua neonatus tanpa menilai masa gestasi atau ada tidaknya gejala hepoglikemia. Umumnya hepoglikemia terjadi pada neonatus umur 1 – 2 jam. Hal ini disebabkan oleh karena bayi tidak mendapatkan lagi glukosa dari ibu, sedangkan insulin plasma masih tinggi dengan kadar glukosa darah yang menurun (Nelson: 2012).

Hipoglikemia merupakan konsentrasi glukosa dalam darah berkurangnya secara abnormal yang dapat menimbulkan gemetaran, keringat dan sakit kepala apabila kronik dan berat, dapat menyebabkan manifestasi susunan saraf pusat (Dorland:2000). Sedangkan, menurut Sudarti dkk 2010 hipoglikemia neonatorum adalah masalah pada bayi dengan kadar glukosa darah kurang dari 40 -45mg/dl. Keadaan dimana bila kadar gula darah bayi di bawah kadar rata-rata bayi seusia dan berat badan aterm (2500 gr atau lebih) < 30mg/dl dalam 72 jam pertama, dan < 40mg/dl pada hari berikutnya.

  1. Penelitian in vivo :
    1. Metabolisme otak menunjukkan bahwa otak pada bayi dan anak dapat menggunakan glukosa pada kecepatan melebihi 4-5 mg/100g berat otak/menit.
    2. Otak neonatus cukup bulan, berat sekitar 420 g pada bayi 3,5 kg, akan memerlukan glukosa dengan kecepatan sekitar 5-7 mg/kg berat badan/menit.
    3. Otak tumbuh paling cepat selama umur 1 tahun pertama dan karena proporsi pergantian glukosa lebih besar yang digunakan untuk metabolisme otak, hipoglikemia terus-menerus atau berulang-ulang pada bayi dan anak mempunyai pengaruh yang besar pada keterlambatan perkembangan dan fungsi otak (Nelson,2012).

Tabel.1 Nilai kadar glukosa darah/plasma atau serum

Kelompok Umur Glokusa <mg/dl Darah Plasma/serum
Bayi/anak

Neonatus

1.      BBLR

2.      BCB

0 – 3 hr

3 hr

<40 mg/100 ml

<20 mg/100 ml

<30 mg/100 ml

<40 mg/100 ml

<45 mg/100 ml

<25 mg/100 ml

<35 mg/100 ml

<45 mg/100 ml

(Nelson,2012)

  1. Hipoglikemia pada neonatus :
  2. Untuk setiap neonatus manapun, kadar glukosa <40-45mg/dL dianggap tidak normal.
  3. Menurut WHO hipoglikemi adalah bila kadar glukosa/gula darah <47 mg/dL.
  4. Gejala sering tidak jelas/asimptomatik, semua tenaga kesehatan perlu mewaspadai kemungkinan adanya hipoglikemia.
  5. Diagnosis dini dan pengobatan yang tepat dapat mencegah konsekuensi yang serius.

 B. Etiologi Hipoglikemia

Secara garis besar hipoglikemia dibagi menjadi dua bagian besar, yaitu : kelainan yang menyebabkan pemakaian glukosa berlebihan dan produksi glukosa kurang.

  1. Kelainan yang menyebabkan pemakaian glukosa berlebihan.

Hiperinsulinisme (bayi dari ibu penderita diabetes), hipoglikemia hiperinsulinisme menetap pada bayi, tumor yang memproduksi insulin dan child abuse. Hiperinsulinisme menyebabkan pemakaian glukosa yang berlebihan terutama akibat rangsangan penggunaan glukosa oleh otot akibat sekresi insulin yang menetap. Kelainan ini diketahui sebagai hipoglikemia hiperinsulin endogen menetap pada bayi yang sebelumnya disebut sebagai nesidioblastosis.

Defek pada pelepasan glukosa (defek siklus Krebs, defek ”respiratory chain”). Kelainan ini sangat jarang, mengganggu pembentukan ATP dari oksidasi glukosa, disini kadar laktat sangat tinggi. Defek pada produksi energi alternatif (defisiensi Carnitine acyl transferase. Kelainan ini mengganggu penggunaan lemak sebagai energi, sehingga tubuh sangat tergantung hanya pada glukosa. Ini akan menyebabkan masalah bila puasa dalam jangka lama yang seringkali berhubungan dengan penyakit gastrointestinal. Sepsis atau penyakit dengan hipermetabolik, termasuk hipertiroidisme.

  1. Kelainan yang menyebabkan kurangnya produksi glukosa.
    1. Simpanan glukosa tidak adekuat (prematur, bayi SGA, malnutrisi, hipoglikemia ketotik).

Kelainan ini sering sebagai penyebab hipoglikemia, disamping hipoglikemia akibat pemberian insulin pada diabetes. Hal ini dapat dibedakan dengan melihat keadaan klinis dan adanya hipoglikemia ketotik, biasanya terjadi pada anak yang kurus, usia antara 18 bulan sampai 6 tahun, biasanya terjadi akibat masukan makanan yang terganggu karena bermacam sebab Penelitian terakhir mekanisme yang mendasari hipoglikemia ketotik adalah gagalnya glukoneogenesis.

  1. Kelainan pada produksi glukosa hepar .

Kelainan ini menurunkan produksi glukosa melalui berbagai defek, termasuk blokade pada pelepasan dan sintesis glukosa, atau blokade atau menghambat gluikoneogenesis. Anak yang menderita penyakit ini akan dapat beradaptasi terhadap hipoglikemia, karena penyakitnya bersifat kronik Kelainan hormonal (panhypopituitarisme, defisiensi hormon pertumbuhan).

  1. Defisiensi kortisol dapat primer atau sekunder.

Hal ini karena hormone pertumbuhan dan kortisol berperan penting pada pembentukan energi alternative dan merangsang produksi glukosa. Kelainan ini mudah diobati namun yang sangat penting adalah diagnosis dini.

C. Klasifikasi Hipoglikemia

Klasifikasi yang ditulis pada Tabel 1 didasarkan pada pengetahuan pengendalian homeostasis glukosa pada bayi dan anak yang telah dibahas sebelumnya dan faktor-faktor yang menyebabkan frekuensi hipoglikemi tinggi pada kelompok ini juga pada kelompok yang lain terkait dengan penyimpanan glikogen hati, protein otot, dan lemak badan yang tidak cukup yang yang dibutuhkan untuk mempertahankan substrat yang diperlukan untuk memenuhi kebutuhan energi.

Tabel. 2 Klasifikasi dan faktor-faktor penyebab hipoglikemia.

Neonatus – Hipoglikemi Sementara

Dihubungan dengan ketidakcukupan substrat atau fungsi encim.

1.      Prematuritas.

2.      Kecil menurut usia kehamilan

3.      Bayi dengan distres pernapasan berat.

4.      Bayi dari ibu toksemia.

Dihubungkan dengan hiperinsulinemia.

1.      Bayi dari ibu diabetes.

2.      Bayi dengan eritroblastosis fetalis.

Neonatus – Hipoglikemia Infatil atau Masa Anak Persisten

Keadaan hiperinsulinemia

1.      Nesidioblastosis

2.      Hiperplasia sel – β

3.      Adenoma sel – β

4.      Sindrom Beckwith-Wiedemann

5.      Sensitivitas leusin

6.      Malaria falsiparum

Defisiensi hormon

1.      Panhipopituitarisme

2.      Defisiensi hormon pertumbuhan murni.

3.      Defisiensi ACTH

4.      Penyakit addison

5.      Defisiensi glukagon

6.      Defisiensi epinefrin

Substrat terbatas

1.      Hipogiklemia ketotik

2.      Ketonuria rantai-cabang (penyakit urin sirup maple).

Penyakit penyimpanan glikogen

1.      Defisiensi glukosa-6-fosfatase

2.      Defisiensi amilo-1,6-glukosidase

3.      Defisiensi fosfosilase hati

4.      Defisiensi glikogen sintetase

Gangguan glukoneogenesis

1.      Intoksikasi alkohol akut

2.      Hiperglisinemia, defisiensi karnitin

3.      Intoksikasi salisilat

4.      Defisiensi fruktosa-1,6-difosfatase

5.      Defisiensi karboksilase piruvat

6.      Fosfoenol piruvat karboksikinase (defisiensi PEPCK)

Defek enzim lain

1.      Galaktosemia : defisiensi galaktosa-1-fosfat uridil transferase

2.      Intoleransi fruktosa : defisiensi fruktosa-1-fosfat aldolase

Gangguan metabolisme lemak (bahan bakar alternatif)

1.      Defisiensi karnitin primer

2.      Defisiensi karnitin sekunder

3.      Defisiensi karnitin palmitoil transferase

4.      Defisiensi asam lemak rantai-panjang,-medium, -pendek asil-KoA dehidrogenase.

Etiologi lain

Keracunan – obat

1.      Salisilat

2.      Alkohol

3.      Agen hipoglikemik oral

4.      Insulin

5.      Propanolol

6.      Pentamidin

7.      Quinin

8.      Disopiramid

9.      Hipoglisin-buah ackee (belum masak)

10.  Vakor (racun tikus)

Penyakit hati

1.      Sindrom Reye

2.      Hepatitis

3.      Sirosis

4.      Hepatoma

Gangguan asam amino dan asam organik

1.      Penyakit urin sirup maple

2.      Asidemia propionat

3.      Asidemia metilmalonat

4.      Tirosinosis

5.      Asiduria glutarat

6.      Asiduria 3-hidroksi-3-metilglutarat

Gangguan sistemik

1.      Sepsis

2.      Karsinoma/sarkoma (sekresi faktor pertumbuhan seperti- insulin- IGFH)

3.      Gagal jantung

4.      Malabsospsi

5.      Antibodi reseptor anti-insulin

6.      Antibodi anti-insulin

7.      Hiperviskositas neonatus

8.      Gagal ginjal

9.      Diare

10.  Luka bakar

11.  Syok

12.  Pascabedah

13.  Pseudohipoglikemia (leukositosis, polisitemia)

14.  Terapi insulin IDDM berlebihan – diabetes mellitus tergantung-insulin.

Dari Sperling m, Chernausek S : Nelson’s Essentials of Pediatrics, philadelphia, WB Saunders, 1990,p617

Hipoglikemia pada bayi dan anak :

  1. Hiperinsulinemia

Kebanyakan anak dengan hiperinsulinemia timbul hipoglikemia yang muncul selama masa bayi. Seperti bayi yang dilahirkan dengan ibu diabetes, bayi dapat makrosom pada saat lahir, menggambarkan pengaruh anabolik insulin dalam uterus. Namun, tidak ada riwayat dan tidak ada bukti biokimia adanya diabetes ibu. Mulainya adalah sejak lahir sampai umur 18 bulan.

Kadar insulin secara tidak sesuai naik pada saat tercatat hipoglikemia. Dengan demikian, bila kadar glukosa darah <40 mg/dl (2,2 mM), kadar insulin plasma harus <5 dan tidak >10 μU/mL. Namun, pada bayi yang terkena, kadar insulin plasma pada saat hipoglikemi biasanya lebih besar dari 10 μU/mL. Rasio insulin (μU/mL) – glukosa (mg/dL) adalah 0,4 atau lebih besar dan keton plasma serta kadar ALB rendah selama hiperinsulinemia.

  1. Hipoglikemia yang disertai dengan hiperinsulinemia juga ditemukan pada sekitar 50% penderita dengan sindrom Beckwith-Wiedemann. Sindrom ini ditandai dengan makrosomia, mikrosefali, makroglossia, visero megali, dan omfalokel.
  2. Hipoglikemia sensitif – leusin tidak didiagnosa sesering pada tahun sebelumnya. Hipoglikemia sensitif – leusin terkait dengan sekresi insulin berlebihan pasca pemberian leusin dan hiperplasia sel-β, adenoma, dan nesidioblastosis dapat juga memperagakan hiperinsulinisme dalam respinya terhadap leusin, tolbutamid, dan uji provokatif lain.

D. Manifestasi Klinis Hipoglikemia

  1. Tanda – tanda klinis biasanya dibagi menjadi dua golongan :
  2. Golongan Pertama

Gejala-gejala yang terkait dengan aktivitas sistem saraf autonom dan pelepasan epinefrin, biasanya disertai dengan penurunan cepat glukosa darah (Tabel.3).

  1. Golongan Kedua

Gejala-gejala yang disebabkan oleh penurunan dalam penggunaan glukosa otak, biasanya disertai dengan penurunan lambat pada glukosa darah atau hipoglikemia yang lama ( Tabel.3).

  1. Gejala-gejala umum hipoglikemia, antara lain :
  2. Sianosis
  3. Apnea
  4. Hipotermia
  5. Nafsu makan jelek
  6. Lesu
  7. Kejang-kejang
  8. Tremor
  9. Apatis
  10. Tangisan lemah/melengking
  11. Letargi
  12. Gerakan mata berputar/nistagmus
  13. Keringat dingin
  14. Refleks hisap kurang
  15. Muntah

Tabel. 3 Manifestasi Hipoglikemia pada Masa Anak

Tanda-Tanda yang Terkait dengan Aktivasi Sistem Saraf Autonom dan Pelepasan Epinefrin Tanda-tanda yang Terkait dengan Glukopenia Serebral
1.      Kecemasan +

2.      Berkeringat ↔

3.      Palpitasi (takikardi) ↔

4.      Pucat

5.      Gemetar

6.      Lemah

7.      Lapar

8.      Mual

9.      Muntah

10.  Angina (dengan arteria koronaria normal).

1.      Nyeri kepala ↔

2.      Keracunan mental +

3.      Gangguan penglihatan (keta-jaman ↓, diplopia) +

4.      Ketidakmampuan berkonsentrasi +

5.      Disartria

6.      Terbelalak

7.      Kejang

8.      Ataksia, inkoordinasi

9.      Mengantuk, lesu

10.  Koma

11.  Stroke, hemiplegi, aphasia

12.  Parestesia

13.  Vertigo

14.  Amnesia

15.  Postur deserebrasi atau dekortikasi.

*beberapa dari tanda-tanda ini akan diperlemah jika penderita mendapat agen penyekat β-adrenergik (sumber : Nelson,2012).

Tabel. 4 Gejala Hipoglikemia berdasarkan Usia

Neonatus Bayi/Anak
1.      Terjadi selama 6-12 jam kehidupan.

2.      Sering menyertai penyakit-penyakit seperti : distress perinatal, terlambat pemberian ASI dan bayi dari ibu DM.

3.      Juga termasuk dalam golongan ini ialah bayi dari ibu DM insulin (IDM) dan ibu menderita DM kehamilan (IGDM).

4.      Umumnya sembuh spontan, tetapi sebagian kecil (10%-20%) kadar gula tetap rendah.

5.      Beberapa di antaranya menunjukkan respons yang baik terhadap suntikan glucagon 300 mikrogram atau 0,3 mg/kgBB IM, tidak lebih 1 mg totalnya.

6.      Hipoglikemia neonatus simtomatik gejalanya tidak khas, misalnya : apatis, anoreksia, hipotoni, apneu, sianosis, pernapasan tidak teratur, kesadaran menurun, tremor, kejang tonik/klonik, menangis tidak normal dan cengeng.

7.      Kebanyakan gejala pertama timbul sesudah 24 – 48 jam kehidupan.

1.      Gejala-gejala berupa : sakit kepala, nausea, cemas, lapar, gerakan motoric tidak terkoordinasi, pucat, penglihatan berkunang-kunang, ketidakpedulian, cengeng, ataksia, strabismus, kejang, malas/lemah, tidak ada perhatian dan gangguan tingkah laku.

2.      Hipoglikemia bisa disertai atau tidak dengan banyak keringat dan takikardi.

3.      Serangan ulang gejala-gejala tadi dapat terjadi pada waktu-waktu tertentu setiap hari, sehingga kita harus waspada terhadap kemungkinan hipoglikemia.

4.      Pemeriksaan glucose darah pada saat timbulnya gejala sangat penting.

(Sumber : Nelson, 2012)

 E. Patofisiologi Hipoglikemia

Hipoglikemi sering terjadi pada berat lahir rendah (BBLR), karena cadangan glukosa rendah. Pada ibu diabetes mellitus (DM) terjadi transfer glukosa yang berlebihan pada janin sehingga respons insulin juga meningkat pada janin. Saat lahir dimana jalur plasenta terputus maka transfer glukosa berhenti sedangkan respon insulin masih tinggi (transient hiperinsulinism) sehingga terjadi hipoglikemi.

Hipoglikemi adalah masalah serius pada bayi baru lahir, karena dapat menimbulkan kejang yang berakibat terjadinya hipoksi otak. Bila tidak dikelola dengan baik akan menimbulkan kerusakan pada susunan syaraf pusat bahkan sampai kematian. Kejadian hipoglikemi lebih sering didapat pada bayi dari ibu dengan diabetes mellitus. Glukosa merupakan sumber kalori yang penting untuk ketahanan hidup selama proses persalinan dan hari-hari pertama pasca lahir. Setiap stress yang terjadi mengurangi cadangan glukosa yang ada karena meningkatkan penggunaan cadangan glukosa, misalnya pada asfiksia, hipotermi, gangguan pernafasan.

F. Diagnosis

Untuk mencegah abnormalitas perkembangan syaraf, identifikasi dan pengobatan tepat waktu untuk hipoglikemia adalah sangat penting. Pemantauan glukosa di tempat tidur adalah tindakan tepat untuk penapisan dan deteksi awal. Hipoglikemia harus dikonfirmasi oleh nilai serum dari laboratorium jika memungkinkan, dan juga dengan anamnesis,antara lain :

  1. Riwayat bayi  menderita asfiksia, hipotermi, hipertermi, gangguan pernapasan.
  2. Riwayat bayi prematur.
  3. Riwayat bayi Besar untuk Masa Kehamilan (BMK).
  4. Riwayat bayi Kecil untuk Masa Kehamilan (KMK).
  5. Riwayat bayi dengan ibuDiabetes Mellitus.
  6. Riwayat bayi dengan Penyakit Jantung Bawaan.
  7. Bayi yang beresiko terkena hipoglikemia :
    1. Bayi dari ibu diabetes (IDM).
    2. Bayi yang besar untuk masa kehamilan (LGA).
    3. Bayi yang kecil untuk masa kehamilan (SGA).
    4. Bayi prematur dan lewat bulan.
    5. Bayi sakit atau stress (RDS, hipotermia).
    6. Bayi puasa
    7. Bayi dengan polisitemia.
    8. Bayi dengan eritroblastosis.
    9. Obat-obat yang dikonsumsi ibu, misalnya sterorid, beta simpatomimetik dan beta blocker.

Untuk menetapkan diagnosis hipoglikemia secara benar harus dipenuhi trias whipple’s yaitu :

  1. Manifestasi klinis yang khas.
  2. Kejadian ini harus bersamaan dengan rendahnya kadar glukosa plasma yang diukur secara akurat dengan metode yang peka dan tepat.
  3. Gejala klinis menghilang dalam beberapa menit sampai beberapa jam setelah normoglikemia.

Bila ketiganya dipenuhi maka diagnosis klinis hipoglikemia dapat ditetapkan. Berdasar pada klinis, hasil pemeriksaan laboratorium dan pemeriksaan penunjang yang lain untuk menetapkan etiologi. Untuk menetapkan diagnosis hipoglikemia asimptomatik lebih sulit, walaupun juga sebagai penyebab kerusakan otak. Dengan teknik pemeriksaan mikro untuk mengukur kadar hormon dan substrat dalam plasma, maka menjadi mungkin untuk memperluas definisi dan pengembangan protokol hipoglikemia dan mencari mekanisme yang mungkin menyebabkan turunnya gula darah. Jadi yang diukur adalah respon hormon yang meningkat saat terjadi hipoglikemia, antara lain epinefrin, hormon pertumbuhan, kortisol dan glukagon, bersama dengan substrat antara lain : asam lemak bebas, gliserol dan badan keton.

Pendekatan yang dilakukan bilamana dicurigai hipoglikemia, adalah anamnesis yang teliti dilanjutkan pemeriksaan fisik dengan ini dapat memberikan petunjuk penting ke arah diagnosis. Hipoglikemia yang dipicu oleh komponen makanan tertentu dapat mengarahkan pada ”inborn erroe of metabolism”, seperti galaktosemia, penyakit ”maple syrup urine” dan intoleransi fructose. Obesitas yang mencolok saat lahir menyokong ke arah hiperinsulinisme. Kolestasis dan mikropenis pada hipopituitarisme. Hepatomegali seringkali terjadi pada ”glycogen storage disease” atau defek pada glukoneogenesis. Miopati merupakan gambaran dari defek oksidasi asam lemak dan ”glycogen storage diseasease”.

Diagnosis :

  1. Pemeriksaan laboratorium
  2. Kadar glukosa serum
  • Diperiksa dengan dextrostix pada saat setelah persalinan dan pada usia ½, 1, 2, 4, 8, 12, 24, 36, dan 48 jam.
  • Pengukuran <40 mg/dL dengan dextrostix harus diverifikasi oleh pengukuran serum glukosa.
  1. Kadar serum kalsium
    • Pada usia 6, 24 dan 48 jam.
    • Jika kadar serum kalsium rendah, kadar serum magnesium harus diukur.
  2. Hematokrit

Pada saat lahir dan pada usia 24 jam.

  1. Kadar serum bilirubin

Sesuai indikasi pemeriksaan fisik.

  1. Tes lain
    • Kadar gas darah arteri.
    • Hitungan sel darah lengkap (CBC), kultur dan pewarnaan gram dilakukan sesuai indikasi klinis.
  2. Pemeriksaan radiologi

Tidak diperlukan kecuali ada bukti masalah jantung, pernafasan atau kerangka.

  1. Electrocardiography dan echocardiography.

Jika dicurigai adanya hypertropic cardiomyopathy atau malformasi jantung.

G. Penatalaksanaan Hipoglikemi

Semua neonatus berisiko tinggi harus ditapis :

  1. Pada saat lahir.
  2. 30 menit setelah lahir.
  3. Kemudian setiap 2-4 jam selama 48 jam atau sampai pemberian minum berjalan baik dan kadar glukosa normal tercapai.

Kejadian hipoglikemia dapat dicegah dengan :

  1. Menghindari faktor resiko yang dapat dicegah, contohnya hipotermia.
  2. Pemberian makan enteral merupakan tindakan preventif tunggal paling penting.
  3. Jika bayi tidak mungkin menyusu, mulailah pemberian minum dengan menggunakan sonde dalam waktu 1-3 jam setelah lahir.
  4. Neonatus yang berisiko tinggi harus dipantau nilai glukosanya sampai asupannya penuh dan 3x pengukuran normal sebelum pemberian minum berada diatas 45 mg/dL.
  5. Jika ini gagal, terapi intravena dengan glukosa 10% harus dimulai dan kadar glukosa dipantau.

Untuk penanganan bayi yang mengalami hiplogikemia dapat dilakukan dengan :

  1. Monitor

Pada bayi yang beresiko (BBLR, BMK, bayi dengan ibu DM) perlu dimonitor dalam 3 hari pertama :

  1. Periksa kadar glukosa saat bayi datang/umur 3 jam .
  2. Ulangi tiap 6 jam selama 24 jam atau sampai pemeriksaan glukosa normal dalam 2 kali pemeriksaan.
  3. Kadar glukosa ≤  40 mg/dl atau gejala positif tangani hipoglikemia.
  4. Pemeriksaan kadar glukosa baik, pulangkan setelah 3 hari penanganan hipoglikemia selesai.

Penanganan hipoglikemia dengan gejala :

  1. Bolus glukosa 10% 2 ml/kg pelan-pelan dengan kecepatan 1 ml/menit.
  2. Pasang dekstrosa 10% = 2 cc/kg dan diberikan melalui intravena selama 5 menit dan diulang sesuai kebutuhan (kebutuhan infus glukosa 6-8 mg/kg/menit).

Atau cara lain dengan GIR :

Konsentrasi glukosa tertinggi untuk infus perifer adalah 12,5%, bila lebih dari 12,5% digunakan vena sentral.

  1. Untuk mencari kecepatan Infus glukosa pada neonatus dinyatakan dengan GIR.

Kecepatan Infus (GIR) = glucosa Infusion Rate

Contoh :    Berat bayi 3 kg umur 1 hari

Kebutuhan 80 cc/jam/hari  = 80 x 3 = 240 cc/hari  = 10 cc/jam.

  1. Periksa glukosa darah pada : 1 jam setelah bolus dan tiap 3 jam.
  2. Bila kadar glukosa masih < 25 mg/dl, dengan atau tanpa gejala, ulangi seperti diatas.
  1. Bila kadar 25-45 mg/dl, tanpa gejala klinis :
    1. Infus D10
    2. Periksa kadar glukosa tiap 3 jam.
    3. ASI diberikan bila bayi dapat minum.
  2. Bila kadar glukosa ≥ 45 mg/dl dalam 2 kali pemeriksaan.
    1. Ikuti petunjuk bila kadar glukosa sudah normal.
    2. ASI diberikan bila bayi dapat minum dan jumlah infus diturunkan pelan-pelan.
    3. Jangan menghentikan infus secara tiba-tiba.
  3. Kadar  glukosa darah < 45 mg/dl tanpa gejala :
    1. ASI teruskan
    2. Pantau, bila ada gejala manajemen seperti diatas.
  4. Periksa kadar glukosa tiap 3 jam atau sebelum minum, bila :
  5. Kadar < 25 mg/dl, dengan atau tanpa gejala tangani hipoglikemi.
  6. Kadar 25-45 mg/dl naikkan frekwensi minum.
  7. Kadar ≥ 45 mg/dl manajemen sebagai kadar glukosa normal.
  8. Kadar glukosa normal
  9. IV teruskan.
  10. Periksa kadar glukosa tiap 12 jam.
  11. Bila kadar glukosa turun, atasi seperti diatas.
  12. Bila bayi sudah tidak mendapat IV, periksa kadar glukosa tiap 12 jam, bila 2 kali pemeriksaan dalam batas normal, pengukuran dihentikan.

Persisten hipoglikemia (hipoglikemia lebih dari 7 hari) :

  1. Konsultasi endokrin
  2. Terapi: kortikosteroid  hidrokortison 5 mg/kg/hari 2 x/hari iv atau prednison 2 mg/kg/hari per oral, mencari kausa hipoglikemia lebih dalam.
  3. bila masih hipoglikemia dapat ditambahkan obat lain: somatostatin, glukagon, diazoxide, human growth hormon, pembedahan. (jarang dilakukan).

Hipoglikemia refraktori :

  1. Kebutuhan glukosa >12 mg/kg/menit menunjukan adanya hiperinsulinisme. Keadaan ini dapat diperbaiki dengan :
    1. Hidrokortison 5 mg/kg IV atau IM setiap 12 jam.
    2. Glukagon 200 ug IV (segera atau infus berkesinambungan 10 ug/kg/jam).
    3. Diazoxide 10 mg/kg/hari setiap 8 jam menghambat sekresi insulin pankreas.

Pemantauan glukosa ditempat tidur (bed side) secara sering diperlukan untuk memastikan bahwa neonatus mendapatkan glukosa yang memadai. Ketika pemberian makan telah dapat ditoleransi dan nilai pemantauan glukosa di tempat tidur (bed side) sudah normal maka infus dapat diturunkan secara bertahap. Tindakan ini mungkin memerlukan waktu 24 -48 jam atau lebih untuk menghindari kambuhnya hipoglikemia.

H. Pemikiran-pemikiran Terapeutik

Pengobatan hipoglikemia akut neonatus atau bayi meliputi pemberian intravena 2 mL/kg D10W, disertai dengan infus glukosa terus-menerus 6-8 mg/kg/menit, menyesuaikan kecepatan untuk mempertahankan kadar glukosa darah dalam kisaran normal.

Manajemen hipoglikemia neonatus atai infantil persisten meliputi penambahan kecepatan infus glukosa intravena menjadi 8-15 mg/kg/menit. Infus ini mungkin memerlukan kateter vena sentral untuk memasukkan larutan glukosa hipertonis 15-20%. Hidrokortison IM, 5 mg/kg/24 jam diberikan dalam dosis terbagi setiap 8 jam, atau prednison oral, 1-2 mg/kg/24 jam diberikan dalam dosis terbagi setiap 6-12 jam, dan hormon pertumbuhan IM, 1mg/24 jam, dapat ditambahkan jika hipoglikemia tidak berespon terhadap glukosa IV. Diazoksid oral, 10-25mg/kg/24 jam diberikan dalam dosis terbagi setiap 6 jam, dapat mengembalikan hipoglikemia hiperinsulinemik tetapi juga menimbulkan hirsutisme, edema, mual, hiperurikemia, gangguan elektronik, umur tulang yang lanjut, defisiensi IgG, dan jarang hipertensi dalam penggunaan yang lama.

Oktreotid diberikan secara subcutan setiap 6-12 jam dalam dosis 20-30 μg pada neonatus dan bayi muda. Komplikasi yang potensial tetapi tidak biasa meliputi pertumbuhan yang jelek karena hambatan pelepasan hormon pertumbuhan, nyeri pada tempat suntikan, muntah, diare dan disfungsi hepatik. Oktreotid biasanya digunakan sebagai agen untuk penyesuaian selama berbagai periode sebelum pankreatomi subtotal untuk nesidioblastosis. Pankreatomi merupakan terapi yang tidak optimal karena adanya resiko pembedahan, diabetes mellitus permanen, dan insufisiensi pankreatik eksokrin.

Tabel. 5 Diagnosis Hipoglikemia Akut pada Bayi dan Anak.

Ada Gejela-gejala Akut Riwayat Memberi Kesan : Gejala-gejala Akut Tidak Ada
1.         Ambil sampel darah sebelum dan 30 menit setelah pemberian glukagon.

2.         Ambil urin sesegera mungkin. Periksa untuk keton; jika tidak ada dan hipoglikemia dikonfirmasi, curiga hiperinsulinemia atau defisiensi karnitin ; jika tidak ada, curiga ketotik, defisiensi hormon, kelainan metabolisme glikogen bawaan, atau glukoneogenesis.

3.         Mengukur glukosa pada sampel darah asli. Jika hipoglikemia dikonfirmasi, terus dengan pengukuran substrat-hormon.Jika glikemia bertambah sesudah glikagon melibihi 40 mg/dl diatas basal, curiga hiperinsulinemia.

4.         Jika kadar insulin pada saat hipoglikemia dikonfirmasi lebih besar dari pada 10 μU/mL, curiga hiperinsulinemia endogen ; jika lebih besar 100 μU/mL, curiga hiperinsulinemia buatan (injeksi insulin dari luar). Masukkan RS untuk uji provokatif.

5.         Jika kortisol < 10 μg/dL dan / atau hormon pertumbuhan kurang dari 5 ng/mL, curiga insufisiensi adrenal dan/atau penyakit pituitaria. Masukkan ke RS untuk uji provokatif.

1.            Anamnesis yang cermat mengenai hubungan gejala-gejala dengan waktu dan tipe masukan makanan, mengingat umur penderita. Kesampingan kemungkinan minum alkohol atau obat. Nilai kemungkinan injeksi insulin, membutuhkan garam, kecepatan pertumbuhan, patologi intakranial.

2.            Pemeriksaan yang cermat untuk hepatomegali ( penyakit penyimpanan glikogen, defek pada glukoneogenesis ), pigmentasi (kegagalan adrenal), perawakan dan status neurologis (penyakit pituitaria).

3.            Masukan RS untuk uji provokatif :

a.           Puasa 24-jam dengan observasi yang cermat; bila timbul gejala-gejala terus dengan langkah 1-4 seperti ketika ada gejala-gejala akut.

b.          Fungsi pituitaria-adrenal dengan menggunakan uji stimulasi arginin-insulin terindikasi.

4.             Biopsi hati untuk penentuan histologi dan enzim jika terindikasi.

5.             Uji toleransi glukosa oral (1,75 g/kg; maks. 75g) jika hiperglikemia reaktif dicurigai pada remaja.

(Sumber : Nelson, 1,2012)

 

HIPERTENSI DALAM KEHAMILAN

HIPERTENSI

A. INFORMASI TENTANG HIPERTENSI

Sampai sekarang penyakit hipertensi dalam kehamilan (HDK) masih merupakan masalah kebidanan yang belum dapat dipecahkan dengan tuntas. HDK adalah salah satu dari trias

penyebab utama kematian ibu di camping perdarahan dan infeksi. Penanganan kasus HDK atau Gestosis atau EPH Gestosis masih tetap merupakan kontroversi karena sampai saat ini etiologi dan patofisiologi penyakit HDK masih belum jelas diketahui, sehingga penanganan yang definitif belum mungkin dijalankan dengan sempurna. Hanya tenninasi kehamilan yang dapat di-

anggap sebagai terapi yang definitif.

HDK adalah komplikasi kehamilan setelah kehamilan 20 minggu yang ditandai dengan timbulnya hipertensi, disertai salah satu dari : edema, proteinuria, atai – edua-duanya. Klasifikasinya sebagai berikut :

  1. HDK sebagai penyulit yang berhubungan langsung dengan kehamilan :
    1. 1)Pre-eklamsia
    2. 2)Eklamsia
    3. HDK sebagai penyulit yang tidak berhubungan langsung dengan kehamilan :
      1. Hipertensi kronik.
      2. Pre-eklamsia/eklamsiapadahipertensikronik/superimposed.
      3. 4.      Transient hypertension.
      4. 5.      HDK yang tidak dapat dikiasifikasikan.

 

B. Definisi dan Kriteria

  1. Hipertensi ialah :

a)  Bila tekanan darah sistolik 140 mmHg dan/atau tekanan darah diastolik >_ 90 mmHg.

b)  Kenaikan tekanan darah sistolik 30 mmHg.

c)  Kenaikan tekanan darah diastolik  15 mmHg. Untuk mengukur tekanan darah yang pertama dilakukan dua kali setelah istirahat duduk 10 menit. Pengukuran tekanan darah ini harus dilakukan sekurang-kurangnya 2 kali dengan selang waktu 6 jam dan ibu dalam keadaan istirahat.

  1. Pre-eklamsia

Ialah timbulnya hipertensi disertai proteinuria dan/atau edema akibat kehamilan, setelah umur kehamilan 20 minggu atau segera setelah persalinan. Gejala ini dapat timbul sebelum 20 minggu bila terjadi penyakit trofoblas.

  1. Eklamsia

ialah timbulnya kejang pada penderita pre-eklamsia yang disusul dengan koma. Kejang ini bukan akibat dari kelainan neurologik.

  1. Hipertensi kronik

Hipertensi yang menetap oleh sebab apapun, yang ditemukanpada umur kehamilan kurang dari 20 minggu, atau hipertensi yang menetap setelah 6 minggu pasca persalinan.

  1. Superimposed pre-eklamsia/eklamsia

Ialah timbulnya pre-eklamsia atau eklamsia pada hipertensi kronik.

  1. Transient hypertension

lalah hipertensi dalam kehamilan pada wanita yang tekanan darahnya normal sebelum hamil dan tidak mempunyai gejala-gejala hipertensi kronik atau pre-eklamsia atau eklamsia.  Gejala ini akan hilang setelah 10 hari pasca persalinan.

C. Etiologi

Faktor predisposisi :

1)      Primigravida atau nullipara, terutama pada umur reproduksi ekstrem, yaitu remaja dan umur 35 tahun ke atas.

2)      Multigravida dengan kondisi klinis :

a) Kehamilan ganda dan hidrops fetalis.

b) Penyakit vaskuler termasuk hipertensi esensial kronik dan diabetes mellitus.

c) Penyakit-penyakit ginjal.

3)      Hiperplasentosis : Molahidatidosa,kehamilan ganda, hi drops fetalis, bay i besar, diabetes mellitus.

4)      Riwayat keluarga pernah pre-eklamsia atau eklamsia.

5)      Obesitas dan hidramnion.

6)      Gizi yang kurang dan anemi.

7)      Kasus-kasus dengan kadar asam urat yang tinggi, defisiensi kalsium, defisiensi asam lemak tidak jenuh, kurang antioksidans.

D. Patogenesis

Belum diketahui dengan pasti. Proses iskemik uteroplasenter menyebabkan vasospasmus arteriole/kapiler secara umum sehingga menimbulkan kelainan patologis pada organ-organ vital.

  1. 1.      Pre-Eklamsia Ringan

Kriteria :

1)      Tekanan darah > 140/90 mmHg atau tekanan darah sistolik naik > 30 mmHg atau kenaikan tekanan darah diastolik > 15 mmHg tetapi < 160/110 mmHg.

2)      Edema

3)      Proteinuria, setelah kehamilan 20 minggu.

  1. 2.      Pre-Eklamsia Berat

Kriteria :

1)    Tekanan darah 160/110 mmHg.

2)    Proteinuria lebih 5 gram/24 jam atau kualitatif 3+/4+.

3)    Oliguria 500 ml/24 jam.

4)    Nyeri kepala frontal atau gangguan penglihatan.

5)    Nyeri epigastrium.

6)    Edema paru atau sianosis.

7)    Pertumbuhan janin intrauterin yang terlambat (IUFGR).

8)    HELLP syndrome (H = Hemolysis; EL = Elevated Liver enzymes; LP = Low Platelet counts).

 

  1. 3.      Eklamsia

Eklamsia adalah kelainan akut pada wanita hamil, dalam persalinan atau nifas yang ditandai dengan timbulnya kejang dan atau koma. Sebelumnya wanita tadi menunjukkan gejala-gejala pre-eklamsia (kejang-kejang timbul bukan akibat kelainan neu- rologik).

  1. 4.      Hipertensi Kronik Dalam Kehamilan

Adanya hipertensi yang persisten oleh sebab apapun juga yang ditemukan pada umur kehamilan kurang dari 20 minggu atau hipertensi persisten setelah 6 minggu pasca persalinan. Diagnosis klinik Diagnosis hipertensi kronik pada kehamilan ditegakkan berdasarkan gejala-gejala sebagai berikut :

a)   Adanya riwayat hipertensi sebelum kehamilan atau didapatkan hipertensi pada kehamilan kurang dari 20 minggu.

b)   Ditemukan kelainan organik, misalnya : pembesaran jantung, kelainan ginjal, dan sebagainya.

c)   Umur ibu di atas 30 tahun dan umumnya multigravida.

d)   Bila terjadi superimposed preeclampsia, maka didapatkan : tekanan darah sistolik lebih dari 200 mmHg adanya perubahan-perubahan pada pembuluh darah retin berupa eksudasi, perdarahan, dan penyempitan.

e)   Retensi air dan natrium tidak menonjol. Jarang didapatkan edema dan proteinuria.

f)   Hipertensi masih temp didapatkan sampai 6 bulan pasca persalinan.

 E. Komplikasi

Gagal ginjal, gagal jantung, edema paru-paru, kelainan pembekuan darah, perdarahan otak, kematian janin.

F. UPAYA PENANGGULANGAN

 

  1. A.    DIET RENDAH GARAM
    1. a.      Pengertian

Yang dimaksud dengan garam dalam Diet Rendah Garam adalah garam natrium seperti yang terdapat ddi dalm garam dapur (NaCl), soda kue (NaHCO3), baking powder, natrium benzoat, dan vetsin (mono sodium glutamate). Natrium adalah kation utama dalam cairan ekstraselular tubuh yang mempunyai fungsi menjaga keseimbangan cairan dan asam tubuh, serta berperan dalam transmisi saraf dan kontraksi otot. Asupan makanan sehari-hari umumnya mengandung lebih banyak natrium daripada yang dibutuhkan tubuh. Dalam keadaan normal, jumlah natrium yang dikeluarkan tubuh melalui urin sama dengan jumlah yang dikonsumsi, sehingga terdapat keseimbangan.

Makanan sehari-hari biasanya cukup mengandung natrium yang dibutuhkan sehingga tidak ada penetapan kebutuhan natrium sehari. WHO menganjurkan pembatasan konsumsi garam dapur hingga 6 gram sehari (ekuivalen dengan 2400 mg)

Asupan natrium yang berlebihan, terutama dalam bentuk natrium klorida, dapat menyebabkan gangguan keseimbangan cairan tubuh, sehingga menyebabkan edema atau asites, dan hipertensi. Penyakit-penyakit tertentu seperti sirosis hati, penyakit ginjal tertentu, dekomsio kordis, toksemia pada kehamilan dan hipertensi esensial dapat menyebabkan gejala edema atau asites, dan hipertensi. Dalam keadaan demikian asupan garam natrium perlu dibatasi.

  1. b.      Tujuan Diet

Tujuan Diet  Garam Rendah adalah membantu menghilangkan retensi  garam atau air dalam jaringan tubuh dan menurunkan tekanan darah pada pasien hipertensi

  1. c.       Syarat Diet Rendah Garam:
  2. Cukup energi, protein, mineral dan vitamin.
  3. Bentuk makanan sesuai dengan keadaan penyakit.
  4. Jumlah natrium disesuaikan dengan berat tidaknya retensi garam atau air dan hipertensi.
  1. d.      Macam Diet dan Indikasi Pemberian

Diet Garam rendah diberikan kepada pasien denan edema, asites atau hipertensi seperti yang terjadi pada penyakit dekompensasio kordis, serosis hati, penyakit ginjal tertentu, toxemia pada kehamilan, dan hipertensi esensial. Diet ini mengandung cukup zat-zat gizi. Sesuai dengan keadaan penyakit dapat diberikan berbagai Diet Rendah Garam.

a)      Diet Rendah Garam I (200-400 mg Na)

Diet Rendah Garam I diberikan kepada pasien dengan edema, asites, dan Hipertensi berat. Pada pengolahan makanannya tidak ditambahkan garam dapur . Dihindari bahan makanan yang tinggi kadar natriumnya misalnya   daun seledri (96 mg/100 gr bahan makanan), pisang (18 gr bahan makanan).

b)     Diet Rendah Garam II (600-800 mg Na)

Diet rendah garam II diberikan kepada pasien dengan edema, acites, dan hipertensi tidak terlalu berat. Pemberian makanan sehari sama dengan diet rendah garam I. Pada pengolahan makananya boleh menggunakan setengah sendok teh garam dapur (2gr).  Dihindari bahan makanan yang tinggi kadar natriumnya, misalnya roti bakar (700 mg/100gr  bahan makanan), susu asam bubuk (600 mg/ 100 gr bahan makanan), biskuit  (500mg/100gr bahan makanan), kue-kue (250mg/100gr bahan makanan), roti cokelat (500mg/100gr bahan makanan), ayam (100mg/100gr bahan makannan), daging bebek (200mg/100gr bahan makana), putih telur bebek( 228mg/100gr), susu skim bubuk (470mg/100gr bahan makanan).

c)      Diet Rendah Garam III (1000-1200 mg Na)

Diet rendah garam III diberikan kepada pasien dengan edema dan hipertensi ringan. Pemberian makanan sehari samadengan diet rendah garam I. Pada pengolahan makanannya boleh menggunakan I sdt (4gr) garam dapur. Contoh pengaturan makanannya; keju  (1200 mg/100gr makanan), sosis (1000 mg/ 100gr bahan makanan), lemak babi (1500 mg/100 gr bahan makanan), garam (38758 mg/100 gr bahan makanan).

  1. e.       Bahan Makanan Sehari

Bahan Makanan

Berat(gr)

Takaran

Beras

Daging

Telur Ayam

Tempe

Kacang Hijau

Sayuran

Buah

Minyak

Gula Pasir

300

100

50

100

25

200

200

25

25

5 gls nasi

2 ptg sdg

1 butir

4 ptg sdg

2 ½ sdm

2 gelas

2 ptg sdg papaya

2 ½ sdm

2 ½ sdm

  1. f.       Nilai Gizi

Energi                    2230 kkal

Protein                   75 gr

Lemak                   53 gr

Karbohidrat           365 gr

Kalsium                 500 mg

Besi                       24 mg

Tiamin                   1,2 mg

Vitamin                 87mg

Natrium                 305 mg

  1. g.      Pembagian Bahan Makanan Sehari
  2. 1.      Pagi

Beras 70 gr                  1 gelas nasi

Telur 50 gr                   1 btr

Sayuran 50 gr              ½ gelas

Minyak 5 gr                 ½ sdm

Gula Pasir 10 gr          1 sdm

  1. 2.      Pukul 10.00

Kacang hijau 25 gr      2 ½ sdm

Gula Pasir 15 gr          1 ½ sdm

  1. 3.      Siang dan Sore

Beras 140 gr                2 gelas nasi

Daging 50 gr               1 potong sedang

Tempe50 gr                2 potong sedang

Sayuran 75 gr              ¾ gelas

Buah 100gr                 1 potong sedang papaya

Minyak 10 gr               1 sdm

  1. h.      Bahan Makanan yang Dianjurkan dan Tidak Dianjurkan

Bahan Makanan

Dianjurkan

Tidak Dianjurkan

Sunber karbohidrat Beras, kentang, singkong, terigu, tapioca, hongkue, gula, makanan yang diolah dari bahan makanan tersebut diatas tanpa garam dapur dan soda seperti : macaroni, mie, bihun, roti, biskuit, kue kering. Roti, biskuit, dan kue-kue yang dimasak dengan garam dapur, baking powder dan soda.
Sumber protein hewani, Daging dan ikan maksimal 100 gr sehari, telur maksimal 1 butir sehari. Otak, dinjal, lidah, sardine, daging, ikan, susu, dan telur yang diawetkan dengan garam dapur seperti daging asap, ham, bacon, dendeng, abon, keju, ikan asin, ikan kaleng, kornet, ebi, udang kering, telur asin dan telur pindang.
Sumber protein nabati. Semua kacang-kacangan dan hasilnya yang diolah dan dimasak tanpa garam dapur. Keju, kacang tanah dan semua kacang-kacangan dan hasilnya yang dimasak dengan garam dapur dan lain ikatan matrium.
Sayuran. Semua sayuran segar, sayuran yang diawet tanpa garam dapur dan natrium benzoate. Sayuran yang dimasak dan diawetkan dengan garam dapur dan lain ikatan natrium, seperti sayuran dalam kaleng, sawi asin, asinan dan acar.
Buah-buahan. Semua buah-buahan segar, buah yang diawet tanpa garam dapur dan natrium benzoate. Buah-buahan yang diawet dengan garam dapur dan lain ikatan natrium, seperti buah dalam kaleng.
Lemak. Minyak goring, margarine dan mentega tanpa garam. Margarine dan mentega biasa.
Minuman. The dan kopi. Minuman ringan.
Bumbu. Semua bumbu-bumbu kering yang tidak mengandung garam dapur dan lain ikatan natrium. Garam dapur sesuai ketentuan untuk diet rendah garam II dan III Garam dapur untuk diet rendah garam I, baking powder, soda kue, vetsin, dan bumbu yang mengandung garam dapur seperti kecap, terasi, magi, tomato kecap,petis, tauco.
  1. i.        Contoh Menu Sehari

Pagi                       Nasi

Telur dadar

Tumis kacang panjang

Pukul 10.00          Bubur kacang hijau

Siang                     Nasi

Ikan acar kuning

Tahu bacem

Sayur lodeh

Papaya

Malam                  Nasi

Daging pesmol

Keripiktempe

Cah sayuran

Pisang

  1. B.     DIET PREEKLAMSI
    1. a.      Gambaran umum

Preeklamsia murupakan sindrom yang terjadi pada saat kehamilan masuk pada minggu ke-20 dengan tanda dan gejala seperti hipertensi, proteinuria, kenaikan berat badan yang cepat karena edema, mudah timbul kemerah-merahan, mual, muntah, pusing, nyeri lambung, oligouria, gelisan dan kesadaran menurun. Cirri khas diet ini adalah memperhatikan asupan garam dan protein.

 

  1. b.      Tujuan Diet :
    1. Mencapai dan mempertahankan status gizi optimal
    2. Muncapai dan mempertahankan tekanan darah normal
    3. Mencegah atau mengurangi retensi garam atau air
    4. Mencapai keseimbangan nitrogen
    5. Menjaga agar penambahan berat badab tidak melebihi normal
    6. Mengurangi atau mencegah timbulnya factor risiko lain  atau penyakit baru pada saat kehamilan atau setelah melahirkan
  1. c.       Syarat Diet :
    1. Energi dan semua zat gizi cukup. Dalam keadaan berat, makanan diberikan secara berangsur, sesuai dengan kemampuan pasien menerima makanan. Penambahan energy tidak lebih dari 300 kkal dari makanan atau diet sebelum hamil.
    2. Garam diberikan rendah sesuai dengan berat ringannya retensi garam atau air. Penambahan berat badan diusahakan dibawah 3 kg/bulan atau dibawah 1 kg/minggu.
    3. Protein tinggi (1 ½ – 2 gr/kg berat badan).
    4. Lemak sedang, sebagian lemak berupa lemak tidak jenuh tunggal dan lemak tidak jenuh ganda.
    5. Vitamin cukup, vitamin C dan B6 diberikan sedikit lebingg tinggi.
    6. Mineral cukup terutama kalium dan kalsium.
    7. Bentuk makanan disesuaikan dengan kemampuan makan pasien.
    8. Cairan diberikan 2500 ml sehari. Pada keadaan oligouria, cairan dibatasi dan disesuaikan dengan cairan yang keluar melalui urine, muntah, keringat, dan pernapasan.
  1. d.      Macam Diet dan Indikasi Pemberian
    1. 1.      Diet Preeklamsi I

Diet preeklamsi I diberikan pada pasien dengan preeklamsi berat. Makanan diberikkan dalam bentuk cair, yang terdiri dari susu dan sari buah. Jumlah cairan diberikan paling sedikit 1500 ml sehari per oral, dan kekurangan diberikan secara parenteral. Makanan ini kurang energy dan zat gizi, karena itu hanya diberikan selama 1-2 hari.

  1. 2.      Diet Preeklamsi II

Diet preeklamsi II diberikan sebagai makanan perpindahan dari diet preeklamsi I atau kepada pasien preeklamsia yang penyakitnya tidak begitu berat. Makanan berbentuk saring atau lunak dan diberikan sebagai diet rendahgaramI.makanan ini cukup energy dan gizi lainnya.

  1. 3.      Diet Preeklamsi III

Diet preeklamsi III diberikan sebagai makanan perpindahan dari diet preeklamsi II atau kepada pasien dengan preeklamsi ringan. Makanan ini mengandung protein tinggi dan garam rendah, diberikan dalam bentuk lunak atau biasa. Makanan iini cukup semua zat gizi. Jumlah energy harus disesuaikan dengan kenaikan berat badan yang boleh lebih dari 1 kg setiap bulan.

  1. e.       Bahan Makanan Sehari

Bahan Makanan

Diet Preeklamsia I

Diet Preeklamsia II

Diet Preeklamsia III

Berat (gr)

urt

Berat (gr)

urt

Berat (gr)

Urt

Beras

Telur

Daging

Tempe

Sayuran

Sari buah/

buah

Gula pasir

Minyak

nabati

Susu Bubuk

1000

80

75

15

8 sdm

15 sdm

150

50

100

50

200

400

30

15

25

3 gls tim

1 butir

2 ptg sdg

2 ptg sdg

2 gls

4 ptg sdg

pepaya

3 sdm

1 ½ sdm

5 sdm

200

50

100

100

200

400

30

25

50

4 gls tim

1 butir

2ptg sdg

4 ptg sdg

2 gls

4 ptg sdg

Papaya

3 sdm

2 ½ sdm

10 sdm

Susu khusus ibu hamil bila diberikan susu biasa energi hanya sebagian yang terpenuhi.

  1. f.       Nilai gizi

Diet   Preeklamsia I

Diet Preeklamsia II

Diet Preeklamsia III

Energi (kkal)

Protein (gram)

Lemak (gram)

Karbohidrat

(gram)

Kalsium

(gram)

Besi (gram)

Vitamin A (RE)

Tiamin (mg)

Vitamin C (mg)

Natrium (mg)

1032

20

19

211

600

6,9

750

0,5

2,46

228

1604

56

44

261

500

17,3

2796

0,8

212

248

2128

80

63

305

800

24,2

3035

1

213

403

  1. g.      Pembagian Bahan Makanan Sehari
  2. 1.      Diet Preeklamsia I

Pukul 06.00                       teh                   1 gelas

Pukul 08.00                       sari tomat        1 gelas

susu                 1 gelas

Pukul 10.00                       sari jeruk          1 gelas

Pukul 13.00                       sari alpukat      1 gelas

susu                 1 gelas

Pukul 16.00                       sari tomat        1 gelas

Susu                1 gelas

Pukul 18.00                       sari papaya      1 gelas

sari jeruk          1 gelas

Pukul 20.00                       teh                   1 gelas

Susu                1 gelas

  1. 2.      Diet preeklamsia II & III

Waktu

Bahan Makanan

Diet Preeklamsi II

Diet Preeklamsi III

Berat (g)

urt

Berat (g)

urt

Pagi

Beras

Telur ayam

Sayuran

Minyak

Susu bubuk

Gula pasir

50

50

50

5

25

10

1 gls tim

1 btr

½ gelas

½ sdm

5 sdm

1 sdm

50

50

50

5

25

10

1 gls tim

1 btr

½ gelas

½ sdm

5 sdm

1 sdm

10.00

Buah

Gula pasir

100

10

1ptg

papaya

1 sdm

100

10

1ptg

papaya

1 sdm

Siang

Beras

Daging

Tahu

Sayur

Buah

Minyak

50

50

50

75

100

5

1 gls tim

1 ptg sdg

½ bh bsr

¾ gelas

1ptg

papaya

½ sdm

75

50

100

75

100

10

1 ½ gls tim

1 ptg sdg

1 bh bsr

¾ gelas

1 ptg sdg

papaya

1 sdm

16.00

Buah

Gula Pasir

Susu bubuk

100

10

1 ptg

pepaya

1 sdm

100

10

25

Ptg

pepaya

1 sdm

5 sdm

Malam

Beras

Ikan

Tempe

Sayuran

Buah

Minyak

50

50

25

75

100

5

1 gls tim

1ptg sdg

1 ptg sdg

¾ gls

1ptg

pepaya

½ sdm

75

50

50

75

100

10

1 ½ gls tim

1 ptg sdg

2 ptg sdg

¾ gls

1 ptg sdg

papaya

1 sdm

 

  1. h.      Contoh Menu Sehari

Diet Preeklamsi II

Pagi                    Nasi Tim

Telur Ceplok

Tumis kacang panjang taoge

Susu

Pukul 10.00        Selada buah

Siang                  Nasi Tim

Daging bumbu terik

Tempebacem

Pisang

Pukul 16.00        Jeruk

Malam                Nasi tim

Ikan bumbu kuning

Gadon tahu

Jeruk

Teh

PENGGERAKKAN PERAN SERTA MASYARAKAT

PENGGERAKKAN PERAN SERTA MASYARAKAT

A. Pengertian PSM

Pergerakan dan Pemberdayaan Masyarakat adalah segala upaya yang bersifat persuasif dan tidak memerintah yang bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan, sikap, perilaku dan kemampuan masyarakat dalam menemukan, merencanakan danmemecahkan masalah menggunakan sumber daya/potensi yang mereka miliki termasuk partisipasi dan dukungan tokoh-tokoh masyarakat serta LSM yang ada dan hidup di masyarakat.

Peran serta masyarakat adalah suatu bentuk bantuan masyarakat dalam hal pelaksanaan upaya kesehatan preventif, promotif, kuratif dan rehabilitattif dalam bentuk bantuan tenaga, dana, sarana, prasarana serta bantuan moralitas sehingga tercapai tingkat kesehatan yang optimal.

Peran serta masyarakat memiliki makna yang amat luas. Semua ahli mengatakan bahwa partisipasi atau peran serta masyarakat pada hakekatnya bertitik tolak dari sikap dan perilaku namun batasannya tidak jelas, akan tetapi mudah dirasakan, dihayati dan diamalkan namun sulit untuk dirumuskan. Peran serta masyarakat dalam bidang kesehatan adalah keadaan dimana individu, keluarga maupun masyarakat umum ikut serta bertanggung jawab terhadap kesehatan diri, keluarga, ataupun kesehatan masyarakat lingkungannya ( Dep Kes RI, 1997, hal 5 )

B. Tujuan PSM

Tujuan program peran serta masyarakat adalah meningkatkan peran dan kemandirian, dan kerjasama dengan lembaga-lembaga non pemerintah yang memiliki visi sesuai ;

  1. Meningkatkan kuantitas dan kualitas jejaring kelembagaan dan organisasi non pemerintah dan masyarakat.
  2. Memperkuat peran aktif masyarakat dalam setiap tahap dan proses pembangunan melalui peningkatan jaringan kemitraan dengan masyarakat.(syakira-blog.blogspot.com.)

Tujuan PSM terbagi 2 :

  1. Tujuan umum

Meningkatkan kemandirian masyarakat dan keluarga dalam bidang kesehatan sehingga masyarakat dapat memberikan andil dalam meningkatkan derajat kesehatannya.

  1. Tujuan khusus
  2. Meningkatkan pengetahuan masyarakat dalam bidang kesehatan.
  3. Meningkatkan kemampuan masyarakat dalam pemeliharaan dan peningkatan derajat kesehatannya sendiri.
  4. Meningkatkan pemanfaatan fasilitas pelayanan kesehatan oleh masyarakat.
  5. Terwujudnya pelembagaan upaya kesehatan masyarakat di tingkat lapangan.

C. Tahap PSM

  1. Pertemuan / Pendekatan Tingkat Desa A.
  2. Survey Mawas Diri ( Community Self Survey / CSS ).
  3. Musyawarah Masyarakat Desa
  4. Pelatihan Kader
  5. Pelaksanaan Upaya Kesehatan Oleh Masyarakat
  6. Pembinaan Pelestarian Kegiatan
  7. Pengenalan Sosio – Budaya Masyarakat Setempat

 D. Tingkat PSM

  1. PSM karena Imbalan

Adanya peranserta karena adanya imbalan tertentu yang diberikan baik dalam bentuk imbalan materi atau imbalan kedudukan.

  1. PSM karena Paksaan / Perintah

Masyarakat berperan serta karena adanya ancaman atau sanksi.

  1. PSM karena Identifikasi atau rasa ingin memiliki.
  2. PSM karena Tuntutan Hak Asasi & Tanggung Jawab.
  3. PSM yang Disertai Kreasi dan daya Cipta.
  4. PSM karena kesadaran

Peran serta atas dasar kesadaran tanpa adanya paksaan atau harapan dapat imbalan.

 E. Bentuk PSM

Polindes

  1. Definisi

Pondok bersalin Desa (POLINDES) adalah salah satu bentuk peran serta masyarakat dalam menyediakan tempat pertolongan persalinan dan pelayanan kesehatan ibu dan anak termasukKB didesa (Depkes RI, 1999) polindes dirintis dan dikelola oleh pamong desa setempat.

2. Tujuan Polindes

  • Umum : memperluas jangkauan peningkatan mutu dan mendekatkan     pelayanan KIA/KB oleh Bidan.
  • Khusus :
  1. Sebagai tempat pemeriksaankehamilan.
  2. Sebagai tempat pertolonganpersalinan.
  3. Sebagai tempat pelayanan kesehatan lain.
  4. Sebagai tempat untuk konsultasi / pendidikan kesehatan.
  5. Fungsi Polindes
  • Ada tenaga bidan yang bekerja penuh sebagai pengelola polindes.
  • Tersedianya sarana untuk melaksanakan tugas dan fungsi bidan :
  1. Bidankit
  2. IUD kit
  3. Sarana imunisasi dasar dan imunisasi ibu hamil
  4. Timbangan berat badan ibu dan pengukur tinggi badan
  5. Infus set dan cairan dextrose 5%, nacl 0,9%
  6. Obat-obatan sederhana dan uterotonika
  7. Buku-buku pedoman kia,kb, dan pedoman kesehatan lainnya
  8. Inkubator sederhana
  9. Infuse set
  • Memenuhi persyaratan rumah sehat, antara lain :
  1. Penyediaan air bersih
  2. Ventilasi cukup
  3. Penerangan cukup
  4. Tersedia sarana pembuangan air limbah
  5. Lingkungan pekarangan bersih
  6. Ukuran minimal 3×4 meter persegi
  • Lokasi dapat dicapai dengan mudah oleh penduduk sekitarnya dan mudahdijangkau oleh kendaraan roda empat.
  • Ada tempat untuk melakukan pertolongan persalinandan perawatan post partum(minimal satu tempat tidur).
  1. Kegiatan di Polindes
  • Memeriksa kehamilan, termasuk memberikan imunisasi TT pada ibu hamil dan mendeteksi dini resiko tinggi kehamilan.Menolong persalinan normal dan persalinan dengan resiko sedang.
  • Memberikan pelayanan kesehatan ibu nifas dan ibu menyusui.
  • Memberikan pelayanan kesehatan neonatal,bayi,anak balita dan anak prasekolah serta imunisasi dasar pada bayi.
  • Memberikan pelayanan KB.
  • Mendeteksi dan memberikan pertolongan pertama pada kehamilan dan persalinan yang berisiko tinggi baik ibu maupun bayinya.
  • Menampung rujukan dari dukun bayi dan dari kader.
  • Merujuk kelainan kefasilitas kesehatan yang lebih mampu.
  • Melatih dan membina dukun bayi maupun kader.
  • Memberikan penyuluhan kesehatan tentang gizi ibu hamil dan anak serta peningkatan penggunaan ASI dan KB.
  • Mencatat serta melaporkan kegiatan yang dilaksanakan kepada puskesmas setempat.

Pos Obat Desa

  1. Pengertian

Pos Obat Desa adalah salah satu bentuk peran serta masyarakat berupa upaya pengobatan sederhana bersumber daya masyarakat. Pos obat desa merupakan wujud peran serta masyarakat dalam hal pengobatan sederhana. Kegiatan ini dapat dipandang sebagai perluasan kuratif sederhana.

  1. Tujuan
  • Umum : Meningkatkan kemampuan masyarakat untuk menolong sendiri dibidang kesehatan melalui penyediaan obat obatan dan pengobatan sendiri sebagai pertolongan pertama secara aman dan tepat.
  • Khusus :
  1. Meningkatkan pengetahuan masyarakat tentang obat dan upaya pengobatan sederhana terhadap penyakit ringan didaerah setempat, terutama di daerah yang jauh dari pusat kesehatan.
  2. Meningkatkan kemampuan masyarakat untuk menolong dirinya sendiri di bidang kesehatan, melalui penyediaan obat dan pengobatan sendiri sebagai pertolongan peratama secara aman dan tepat.
  3. Tersedianya obat yang bermutu dengan harga terjangkau bagi masyarakat.

Dana upaya kesehatan masyarakat (DUKM)

  1. Pengertian

Merupakan upaya dari, oleh, dan untuk masyarakat yang diselenggarakan berdasarkan azas gotong royong dan bertujuan untuk meningkatkan taraf kesehatan mereka melalui perhimpunan dana secara pra upaya guna menjamin terselenggaranya pemeliharaan kesehatan yang meliputi upaaya promotif, preventif, kuratif dan rehabiltatif.

Pada dasarnya mencakup 3 hal pokok :

  • adanya kesepakatan untuk mengumpulkan dan adengan prinsip gotong royong.
  • Adanya upaya pengembangan bukti pemeliharaan kesehatan.
  • Adanya system pengolahan dana
  1. Tujuan
  • Umum : Meningkatkan derajat jesehatan melalui supaya pemeliharaan kesehatan perorang, keluarga dan masyarakat yang bersifat paripurna dan terjamin, kesinambungan dan mutunya.
  • Khusus :
  1. Terselenggaranya pelayanan kesehatan yang paripurna, berhasil guna dan berdaya guna bagi individu, keluarga dan masyarakat.
  2. Tersedianya pembiayaan pra upaya yang dihimpun atas azas gotong royong.
  3. Pengelolaan dana dan penyelenggaraan pemeliharaan kesehatan dikelola oleh organisasi atau badan hokum yang ditunjuk oleh masyarakat.
  4. Jenis
  • Komponen Dana Sehat
  1. Ada peserta dana sehat
  2. Ada pelaksana pemeliharaan kesehatan
  3. Ada organisasi atau badan hokum yang menyekenggarakan program dana sehat.
  4. Ada vembina dana sehat yang terdiri dari unsure petugas vemerintah tokoh masyarakat dan wakil anggota
  • Kebijakan operasional
  1. Tumbuhkan dulu kesadaran bahwa kesehatan itu perlu biaya yang berkesinambungan.
  2. Dimulai dari kelompok kecil
  3. Lahir dari aktifitas setempat
  4. Paket pelayanan yang disesuaikan
  5. Pengembangan yang bertahap

Tabulin

  1. Pengertian

Tabungan ini sifatnya insidensial, keberadaannya terutama pada saat mulainya kehamilan dan dapat berakhir pada saat seorang ibu sudah melahirkan. Tabungan ini akan sangat membantu terutama bagi ibu hamil dan keluarganya pada saat menghadapi persalinan terutama masalah kendala biaya sudah dapat teratasi.

Secara psikologis ibu akan merasa tenang menghadapi saat persalinan dan karena pengelolaan. Tabulin ini biasanya oleh tokoh masyarakat atau petugas kesehatan, maka akan menjamin akses ibu kepada petugas kesehatan. Perlindungan pembiayaan kesehatan sendiri seharusnya dimiliki setiap orang pada setiap fase kehidupannya.

  1. Tujuan
  • Menurunkan angka kematian ibu dan bayi di Indonesia.
  • Meningkatkan derajat kesehatan masyarakat terutama ibu hamil.
  • Memotivasi masyarakat terutama ibu hamil, menyisihkan sebagian dananya untuk ditabung sebagai persiapan persalinan.

Keberhasilan pemberdayaan perempuan di sektor kesehatan juga terlihat pada indikator persalinan yang ditolong medis. Intervensi yang dilakukan adalah menggiatkan penyuluhan ke tengah masyarakat, khususnya di pedesaan dan menyediakan lebih banyak lagi pusat “Pelayanan Kesehatan Masyarakat”, bersama tenaga medisnya. Pemberdayaan perempuan di sektor kesehatan telah berhasil meningkatkan usia harapan hidup perempuan.

Salah satu kegiatan isi adalah membuat tabungan ibu bersalin (Tabulin), Tabulin adalah salah satu Program Kesehatan yang dinilai sangat positif langsung menyentuh masyarakat. Tabungan yang bersifat sosial ini sangat membantu warga, terutama mereka yang berekonomi lemah. Program ini sangat tepat dan efektif dalam upaya meningkatkan kesehatan masyarakat. Warga tidak akan merasa terbebani dalam mendukung program tersebut karena penggalangan dana tabungan dilakukan melalui pola jimpitan (sejenis iuran sukarela).

Melalui Tabulin, bumil diharapkan bisa menabung sehingga saat melahirkan tidak mengalami kesulitan biaya persalinan karena sudah ada dana tabungan tersebut. Tabulin merupakan upaya yang sangat baik untuk menurunkan angka kematian ibu. Meskipun demikian, cara ini belum 100 % menjamin ibu hamil selamat dari maut.

Tabungan Bersalin (Tabulin) sudah dimulai sebelum ada desa Siaga. Kita menerangkan ke Ibu Hamil dan keluarganya tentang kegunaan Tabulin, meskipun orang kaya. Justru orang kaya tersebut harus memberikan contoh kepada orang-orang yang tidak mampu menabung, dan ibu hamil tersebut diberikan buku yang dibawa setiap pemeriksaan. Tabungan itu dibentuk berdasarkan RW atau Posyandu. Bila Posyandu di suatu tempat ada empat, maka tabungannya ada empat di desa tersebut. Kita juga harus menentukan jumlah tabungan ibu hamil setiap minggunya dan memberi penjelasan kepada ibu hamil betapa pentingnya manfaat Tabulin sehingga ibu hamil mempunyai kesadaran untuk membayar Tabulin. Banyak sekali hal yang sebenarnya kelihatan kecil atau sepele, seperti menyiapkan tabungan, kemudian menyiapkan tetangga yang bisa mengantar pada saat terjadinya persalinan secara tiba-tiba. Hal ini bisa menginspirasi banyak masyarakat agar di masa mendatang Tabulin dapat tersosialiasai dengan baik di masyarakat.

Dasolin

  1. Pengertian

Dasolin adalah untuk masyarakat yang pasangan usia subur, juga ibu yang mempunyai balita dianjurkan menabung yang kegunaan untuk membantu ibu tersebut saat hamil lagi. Sedangkan Tabulin hanya untuk ibu hamil saja. Tapi kalau misalkan Tabulinnya sedikit, bisa dibantu dengan Dasolin tersebut.

Dasolin merupakan suatu upaya pemeliharaan kesehatan diri, oleh, dan untuk masyarakat yang diselenggarakan berdasarkan azas usaha bersama dan kekeluargaan dengan pembiayaan secara pra upaya dan bertujuan untuk meningkatkan taraf kesehatan masyarakat terutama ibu hamil.

Ciri khas Dasolin adalah dana yang berasal dari masyarakat dalam bentuk uang atau modal dan benda yang dikelola oleh masyarakat untuk kepentingan dan kesehatan masyarakat terutama ibu hamil.

  1. Tujuan Dasolin :
  • Menurunkan angka kematian ibu dan bayi
  • Meningkatkan derajat kesehatan masyarakat terutama ibu hamil.
  • Memotivasi masyarakat, untuk menyisihkan sebagian dananya untuk ditabung, yang kegunaannya untuk membantu ibu tersebut saat hamil lagi.
  • Terselenggaranya pemeliharaan kesehatan yang bermutu, berhasil guna dan berdaya guna.
  • Tersedianya dana yang dihimpun secara pra upaya atu azas gotong royong.
  • Terwujudnya pengelolaan yang efisien dan efektif oleh lembaga organisasi masyarakat yang melindungi kepentingan peserta.

Dasolin tidak hanya semata membiayai pemeliharaan kesehatan, melainkan juga berusaha meningkatkan kemampuan hidup sehat anggota masyarakat terutama ibu hamil.

Dasolin merupakan salah satu bentuk peran serta dan kemandirian masyarakat dalam bidang kesehatan. Penyelenggaraan dipelihara melalui kelompok masyarakat yang terorganisasi seperti RT/RW. LKMD/PKK, Paguyuban, Pengajian, Koperasi dan lain-lain.

  1. Ciri  penyelenggaraan :
  • Secara gotong royong

Penyelenggaraan Dasolin dilaksanakan usaha bersama, azas kekeluargaan diantara peserta.

  • Secara musyawarah mufakat

Setiap putusan penyelenggaraan Dasolin didasarkan atas musyawarah anggotanya.

  • Secara manajemen terbuka

Karena Dasolin adalah upaya masyarakat secara gotong royong, maka manajemen dilakukan adalah secara terbuka.

  • Dasolin dalam kegiatan ekonomi

Penyelenggaraan Dasolin akan lestari bila dikaitkan dengan upaya ekonomi misalnya keterkaitan usaha koperasi.

Penyelenggaraan Dasolin dapat dilakukan untuk pemeliharaan kesehatan ibu dan anak. Pemeliharaan kesehatan melalui dana sehat dapat dilakukan kepada ibu hamil.

Konstribusi dana dapat berasal dari keluarga atau ibu rumah tangga. sebagai peserta Dasolin disini ibu dan keluarga. Sebagai pelaksana pelayanan adalah tenaga kesehatan terutama bidan, dokter dan perawat.

Dana Sehat

  1. Dana Sehat sudah lama dikembangkan di Indonesia jauh sebelum program JPKM dicanangkan. Sejak pendekatan PKMD (Pembangunan Kesehatan Masyarakat Desa) digunakan pada tahun 1974, Dana Sehat telah mulai marak, meskipun masih dalam bentuk yang sederhana.
  2. Bersamaan dengan keberhasilan pembangunan ekonomi Indonesia, “demand” masyarakat terhadap kesehatan masyarakat makin meningkat. Sejalan dengan itu terjadi perkembangan yang menarik, yakni meluasnya keinginan membentuk Dana Sehat dan membesarnya liputan wilayah Dana Sehat. Bila dulu Dana Sehat hanya terbatas pada desa, kini sudah mulai merambah ketingkat kecamatan bahkan kabupaten. Institusi penyelenggara Dana Sehat juga mulai beragam, ada pola PKMD, pola UKS, pola Koperasi, pola UKK, pola Pondok Pesantren, pola PKK, pola LSM, kelompok agama, pola perusahaan swasta, dan lain-lain.
  1. Jenis intervensi Pada Tiap Kategori Dana Sehat
  • Dana Sehat pratama I, II, III, jenis intervensi yang bisa dilakukan adalah meningkatkan frekuensi dan intensitas KIE (Komunikasi, Informasi dan Edukasi) dari petugas pembina kepada para pengurus Dana Sehat.
  • Dana Sehat madya, jenis intervensinya adalah pelatihan manajemen operasional Dana Sehat. Pelatihan ini berkaitan dengan pengelolaan Dana Sehat secara keseluruhan, termasuk manajemen keuangannya.
  • Dana Sehat purnama, jenis intervensinya adalah pelatihan JPKM, sebagai persiapan Dana Sehat tersebut untuk bergabung atau meningkatkan statusnya menjadi JPKM.

Poskestren

  1. Pengertian

Poskestren adalah Pesantren yang memiliki kesiapan dan kemampuan serta kemauan untuk mencegah dan mengatasi masalah- masalah kesehatan, secara mandiri sesuai dengan kemampuannya.

  1. Tujuan
  • Tujuan Umum

Terwujudnya pesantren yang sehat, serta peduli dan tanggap terhadap permasalahan kesehatan diwilayah pesantrennya.

  • Tujuan Khusus
  1. Meningkatnya pengetahuan dan kesadaran santri dan guru tentang pentingnya kesehatan.
  2. Meningkatnya santri dan guru yang melaksanakan perilaku hidup bersih dan sehat.
  3. Meningkatnya kesehatan lingkungan di pesantren.
  4. Meningkatnya kemampuan dan kemauan santri untuk menolong diri sendiri dibidang kesehatan
  5. Sasaran Pengembangan Poskestren

Untuk mempermudah strategi intervensi, sasaran pengembangan Poskestren dibedakan menjadi tiga jenis sasaran, yaitu :

  • Semua individu santri, guru serta pengurus pesentren serta keluarganya yang tinggal di lingkungan pesantren, yang diharapkan mampu melaksanakan hidup sehat, serta peduli dan tanggap terhadap permasalahan kesehatan di lingkungan pesantren.
  • Pihak-pihak yang mempunyai pengaruh terhadap perubahan perilaku individu dan keluarga atau dapat menciptakan iklim yang kondusif bagi perubahan perilaku tersebut, seperti pimpinan pesantren, pengurus yayasan serta petugas kesehatan.
  • Pihak-pihak yang diharapkan memberikan dukungan kebijakan, peraturan, dana, tenaga, sarana dan lain-lain, Camat, para pejabat terkait, swasta, para donatur dan pemangku kepentingan lainnya.

F. Pengembangan PSM

      Dalam mengembangkan dan membina peran serta masyarakat di bidang kesehatan di Indonesia, perlu diterapkan pendekatan edukatif dengan strategi dua tahap, yaitu pengembangan provider dan pengembangan masyarakat.

Kunci pada pengembangan provider adalah keterbukaan dan pengembangan komunikasi timbal balik yang horisontal maupun vertikal, sedangkan kunci pada pengembangan masyarakat adalah mengembangkan persepsi antara masyarakat dan provider agar masyarakat mampu mengenal masalah dan potensinya dalam memecahkan masalah.

Dengan demikian, mengembangkan peran serta masyarakat yang baik adalah upaya memicu dan menghidupkan proses pemecahan masalah, haruslah selalu diusahakan agar sumberdaya untuk pemecahan masalah selalu merupakan sumberdaya setempat yang ada setempat atau yang terjangkau oleh masyarakat.

Untuk penyelenggaraan pelayanan dalam mengembangkan dan membina peran serta masyarakat, beberapa hal yang dapat diperankan adalah sebagai berikut :

  • Membina dan memelihara hubungan baik
  • Bertindak sebagai katalisator
  • Penasehat teknis
  • Membantu langsung atau membantu masyarakat menggali sumur
  • Memberikan dorongan (reinforcement).